> >

PM Skotlandia Mulai Kampanye Referendum, Bulatkan Tekad Merdeka dari Inggris Raya

Kompas dunia | 14 Juni 2022, 16:36 WIB
Perdana Menteri Skotlandia Nicola Sturgeon saat diwawancara Associated Press di Washington, Amerika Serikat (AS) pada 17 Mei 2022. Sturgeon memulai kampanye menuntut referendum dari Inggris Raya pada hari ini, Selasa (14/6/2022). (Sumber: Jacquelyn Martin/Associated Press)

LONDON, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Skotlandia Nicola Sturgeon memulai kampanye menuntut referendum dari Inggris Raya pada hari ini, Selasa (14/6/2022). Sturgeon berargumen, Skotlandia akan lebih baik secara ekonomis memisahkan diri.

Referendum yang dituntut Sturgeon pun akan menjadi referendum kedua Skotlandia. Pada 2014 lalu, Skotlandia telah menggelar referendum, tetapi kebanyakan pemilih memutuskan bertahan dengan Inggris Raya.

Dalam referendum pertama tersebut, sebanyak 55,3% pemilih ingin bertahan sebagai negara konstituen Inggris Raya daripada sepenuhnya merdeka.

Baca Juga: Perdana Menteri Skotlandia Sebut Brexit Bikin Miskin, Ikrarkan Referendum pada 2023

Nicola Sturgeon yang juga berstatus pemimpin Partai Nasional Skotlandia (SNP) menyatakan bahwa ia akan merilis seri pertama dokumen sebagai dasar penuntutan kemerdekaan pada hari ini.

Mengenai isu referendum, pemerintahan Inggris Raya yang dipimpin PM Boris Johnson selama ini menolak untuk menyepakatinya. London menyebut isu kemerdekaan Skotlandia telah diselesaikan dalam referendum pada 2014.

Akan tetapi, Stuergeon menegaskan bahwa situasi sudah berbeda dibanding pada 2014 lalu. Salah satu alasan utamanya adalah keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa alias Brexit, suatu kebijakan yang ditentang mayoritas warga Skotlandia.

“Jika kami tahu pada 2014 lalu semuanya yang kami ketahui kini tentang jalan yang ditempuh Inggris Raya, saya tidak ragu Skotlandia akan memilih setuju (referendum) pada saat itu,” kata Sturgeon kepada BBC via Associated Press.

Baca Juga: Kazakhstan Gelar Referendum Konstitusi, Cabut Gelar Istimewa Presiden Pertama


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU