> >

PM Ukraina: Kiev Tak Mungkin Rekonsiliasi dengan Rusia 100 Tahun ke Depan

Krisis rusia ukraina | 27 Februari 2023, 16:33 WIB
Ilustrasi. Tank Ukraina bersiaga di Bakhmut, 12 Februari 2023. Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal menyatakan bahwa pihaknya tidak mungkin berekonsiliasi dengan Rusia selama 100 tahun mendatang. Ia menegaskan Federasi Rusia harus berubah lebih dulu setelah menginvasi negara tetangga. (Sumber: AP Photo)

KIEV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal menyatakan bahwa pihaknya tidak mungkin berekonsiliasi dengan Rusia selama 100 tahun mendatang. Ia menegaskan Federasi Rusia harus berubah lebih dulu setelah menginvasi negara tetangga.

"Rekonsiliasi, kooperasi--tidak, tidak dalam jangka seratus tahun ke depan. Rusia harus berubah dulu, didemokratisasi, demilitarisasi, dan denuklirisasi," kata Shmyhal kepada Focus via Anadolu, Minggu (27/2/2023).

Lebih lanjut, Shmyhal menegaskan Rusia mesti dilucuti dengan cara disanksi lebih lanjut, tidak diajak bekerja sama, dan aset-aset Rusia disita. Ia juga menyebut bantuan militer lebih lanjut untuk Ukraina sebagai prospek penting.

Baca Juga: Menlu Arab Saudi Pertama Kalinya Kunjungi Ukraina, Langsung Gelontorkan Bantuan Rp6,1 Triliun

Shmyhal menyatakan, gencatan senjata saat ini tidak dimungkinkan karena ia curiga Rusia akan memanfaatkannya untuk menyulut "perang yang lebih besar." Ia menegaskan pemerintahan Volodymyr Zelenskyy tak mau kehilangan sejengkal pun wilayah ke tangan Rusia.

"Masyarakat tidak akan mengizinkan ini. Ribuan warga terbaik kami mati demi kami untuk tidak berkompromi dengan teroris berlumur darah dan agresor yang mengancam seluruh dunia," kat Shmyhal.

"Kompromi yang ada hanyalah penarikan sepenuhnya pasulan Rusia dari Ukraina sesuai perbatasan 1991. Rusia harus berhenti menembak, berhenti menyerang dan meninggalkan wilayah kami," pungkasnya.

Sebelumnya, Zelenskyy telah berikrar akan merebut kembali seluruh wilayah Ukraina yang diduduki Rusia. Wilayah itu termasuk Donetsk dan Luhansk yang sebagiannya diduduki separatis pro-Rusia sejak 2014; juga Semenanjung Kirema yang dianeksasi Rusia.

Baca Juga: China Kembali Menolak Mengutuk Invasi Rusia ke Ukraina, Pertemuan G20 Berakhir Buntu

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU