> >

Survei Capres-Cawapres 2024: Ganjar-Erick, Prabowo-Puan, atau Anies-Sandi [ Opini Budiman ]

Budiman tanuredjo | 11 Desember 2021, 09:00 WIB

KOMPAS.TV - Tanggal pemilu belum ditetapkan. Namun, nama-nama calon presiden dan calon wakil presiden mulai ramai dipasarkan. Sejumlah lembaga survei mulai memasarkan nama calon presiden maupun dalam pasangan capres dan cawapres.

Survei terbaru Indikator Politik Indonesia, posisi wakil presiden akan memegang peran sentral,dan ikut  menentukan persaingan  dalam pemilu presiden 2024.

Berdasarkan survei terbaru Indikator Politik, pasangan Prabowo-Puan Maharani akan bersaing ketat dengan pasangan Ganjar Pranowo-Erick Thohir, Gandjar Pranowo-Airlanggga Hartarto, atau Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno.

Dalam simulasi tiga nama pasangan, survei Indikator Politik yang dirilis awal Desember menyebutkan menunjukkan:

1.            Prabowo-Puan Maharani 29,6 persen

2.            Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto 28,8 persen

3.            Anies Baswedan-Sandiada Uno 28,2 persen

4.            Tidak tahu-tidak jawab 13,5 persen

Atau dalam simulasi lainnya

1.            Ganjar Pranowo - Erick Thohir 31,1 persen

2.            Anies Baswedan - Sandiaga Uno  30,8 persen

3.            Prabowo Subianto - Puan Maharani 28.1 persem

4.            Tidak tahu/tidak jawab 10.00 persen

Membaca hasil survei itu, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, hasil survei pasangan sangat ketat dan tidak bisa diprediksi siapa yang bakal jadi pemenang. Istilah Burhan “neck-to-neck”.

Membaca hasil survey, adalah upaya merekam  ekspektasi publik atau aspirasi publik pada saat survei dilakukan  terhadap calon pemimpin masa depan.

Jika survei dilakukan secara longitudinal dalam periode tertentu,akan nampak trend  elektabilitas calon.

Namun,politik Indonesia selalu memunculkan “element of surprised”. Seperti kemunculan Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang tak pernah terbaca lembaga survei.

Politik Indonesia kadang juga memunculkan  ada invisible hand yang bekerja untuk meningkatkan citra kandidat, tapi pada sisi lain merusak citra kandidat yang bisa menjadi pesaingnya.

Politik kadang begitu Machiavelian. Menghalalkan segala cara, apalagi di era banjir “informasi” yang begitu tak terkendali.

Terlepas dari elemen kejut yang bisa muncul kapanpun. Siapa pun yang akan muncul dalam kontestasi pemilu presiden  tergantung pada partai politik. Partai politik ditentukan oleh pimpinan partai politik. Kepada siapa perahu atau tiket itu  akan diberikan.

Dari nama pasangan yang disebut Indikator Politik Indonesia, ada nama Prabowo Subianto sebagai figur sentral dari Partai Gerindra.

Prabowo adalah Ketua Umum Gerindra. Gerindra  sudah mencalonkannya sebagai capres 2024. Puan Maharani, Ketua DPR adalah Ketua DPP PDI Perjuangan, dan putri dari Megawati Soekarnoputri.

Selain Prabowo dan Puan, Airlangga Hartarto adalah Ketua Umum Partai Golkar. Munas Golkar telah menetapkan Airlangga sebagai Capres Golkar 2024. Namun, elektabilitas Airlangga sebagai capres masih harus didongkrak.

Nama lain, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan yang elektabilitasnya cukup tinggi, keduanya belum punya partai politik yang pasti akan mengusungnya.

PDI-P bisa saja mengusung Ganjar, atau bisa saja mengusung Puan.

Begitu juga dengan nama Erick Thohir dan Sandiaga Uno. Kedua menteri Jokowi punya modal sosial untuk meningkatkan popularitas keduanya sebagai capres dengan posisinya sebagai Menteri BUMN atau pun Menteri Pariwisata. Melihat aktivitas keduanya bekerja untuk terus meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya.

Selain faktor partai politik, Presiden Jokowi yang mengakhiri masa jabatannya 2024, tentunya akan punya peran sentral.

Presiden Jokowi  punya kepentingan agar program pembangunan multi years, bisa diteruskan penggantinya.

Sebagai presiden petahana, Presiden Jokowi bisa saja mengarahkan relawan-relawan pendukungnya, untuk mengalihkan dukungan kepada capres yang diendorse Presiden Jokowi. Tapi itu, baru akan diketahui nanti.

Namun yang perlu diingat, masalah kontemporer bangsa masih banyak. Pandemi belum berakhir, ekonomi masih berat, bencana alam masih mengancam, korupsi masih merajalela. Tantangan ke depan akan masih banyak.

Dalam politik selalu ada yang mengejutkan. Kadang, terjadi pada detik-detik terakhir. Capres dan cawapres kadang bukan pilihan ideal. Kadang sebuah perkawinan paksa, dalam injury time.

Tetap jagalah akal sehat, mengawal dan membantu negeri, dengan tidak melakukan korupsi.(*)

Penulis : Ekmal-Medan

Sumber : Kompas TV


TERBARU