> >

KSP Tanggapi Pernyataan Epidemiolog yang Menilai PSBB Skala Mikro Lebih Baik Dibanding PPKM

Sapa indonesia | 2 Februari 2021, 13:16 WIB

KOMPAS.TV - Sejak 1 Januari 2021 lalu, pemerintah menggulirkan kebijakan untuk melakukan pemberlakuan pembataasan kegiatan masyarakat (PPKM) di pulau Jawa Dan bali. PPKM dilakukan untuk menekan laju penyebaran covid-19.

Satu bulan berlalu penerapan PKKM, Presiden Jokowi mengevaluasi penerapan PPKM tidak efektif. Dalam implementasinya, tidak tegas dan tidak konsisten.

Tidak hanya itu, Presiden juga meminta jajarannya turut melibatkan sebanyak-banyaknya pakar dan epidemiolog untuk menghasilkan kebijakan penanganan covid-19 yang lebih baik.

Pernyataan Presiden Jokowi itu sesuai dengan kondisi dan realita yang terjadi. Pasalnya setiap harinya kasus covid-19 terus bertambah.

Tingkat penularan atau positivity rate harian Indonesia juga cukup tinggi mencapai 36,18%. Bahkan rekor kematian covid-19 dalam 24 jam pernah mencapai 476 orang.

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menyatakan, PPKM tidak tepat dilakukan saat ini ketika kasus covid justru semakin banyak.

Butuh penanganan serius untuk  baik pemerintah dan warga tetap menjalankan protokol kesehatan, agar tidak ada lagi kasus corona yang menimbulkan banyak korban.

Menurutnya, pemerintah dan aparat harus tegas menerapkan strategi 5M, terutama membatasi mobilitas serta menjauhi dan mencegah kerumunan dan perlu evaluasi secara ilmiah dan transparan untuk menuntaskan kasus corona di Indonesia.

Sebulan berlalu, angka covid tidak kunjung turun dan ratusan orang meninggal dunia setiap harinya. Lalu kebijakan strategis apa yang sebaiknya dilakukan pemerintah?

Simak dialog selengkapnya bersama Tenaga Ahli Utama Deputi 2, Kantor Staf Kepresidenan Dokter Brian Sri Prahastuti, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dokter Dicky Budiman dan juga Ketua Tim Mitigasi PB Idi, Dokter Adib Khumaidi.

Penulis : Anjani-Nur-Permatasari

Sumber : Kompas TV


TERBARU