> >

Trisutji Kamal, Komposer Musik Klasik Kebanggaan Indonesia Meninggal Dunia

Peristiwa | 21 Maret 2021, 13:34 WIB
Komposer Musik Klasik Indonesia Trisutji Kamal (28 November 1936- 21 Maret 2021)(Sumber: twitter Addie MS)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Indonesia kehilangan lagi satu seniman musik yang namanya sudah mendunia, Trisutji Djuliati Kamal atau biasa disebut Trisutji Kamal. Dia meninggal pada Minggu (21/3/2021) dini hari  di rumahnya di Kawasan Cilandak, Jakarta, Selatan dalam usia 84 tahun. Almarhumah sudah cukup lama mengidap diabetes, darah tinggi dan stroke ringan.

Dua seniman musik Indonesia, Ananda Sukarlan dan Addie MS,  pun menyampaikan duka citanya.
  
"Telah wafat pagi ini 21 Maret 2021 komposer, musik Klasik Indonesia Ibu KRA.Trisutji Djuliati Kamal," kata pianis Ananda Sukarlan lewat cuitan di twitternya. Ananda mengaku sudah merekam seluruh karya almarhumah sejak 2008 silam. "Sejak 2008 saya sudah merekam seluruh karyanya utk piano yg berjumlah 100+ & utk menghormatinya saya mau bagikan CDs saya itu free. Nanti akan saya koordinasi dgn manajerku," tambahnya.

Menurut Ananda, karya-karya terakhir Trisutji banyak terinspirasi dari budaya Islam. "Karya2 terakhir ibu Trisutji sangat lekat dengan budaya Islam, dan memang CD saya terakhir dgn musiknya berjudul "Islamic Inspirations". Masih ada rekaman saya yg belum released," katanya.

Sementara menurut musikus Addie MS, almarhumah banyak mewarisi karya-karya yang mewarnai pecinta musik Indonesia. "Ibu Trisutji D. Kamal, pianis & komponis wanita Indonesia, hari ini berangkat menuju keabadian. Beliau mewariskan karya2 musiknya yang telah mewarnai kehidupan banyak pecinta musik Indonesia.Selamat jalan, Maestra," kata Addie.


Trisutji Kamal, yang bernama lengkap Kanjeng Raden Ayu (K.R.A.) Trisutji Djuliati Kamal lahir di Jakarta, 28 November 1936 dari keturunan keluarga ningrat Jawa yang menggemari kesenian. Ayahnya  seorang dokter sekaligus pemain biola dan pelukis amatir. 

Bakat sang ayah menurun kepada Trisutji yang sudah terlihat sejak usia 7 tahun. Ketika menetap di Binjai, ia belajar piano klasik dan mulai menciptakan karya musik untuk piano pada usia 14 tahun.  Untuk mengasah kemampuan dan bakatnya, dia memperdalam musik di  Amsterdam, Ecole Normale de Musique di Paris dan Santa Cecilia Conservatory di Roma.

Dia  belajar piano dan komposisi kepada Henk Badings, komponis Belanda kelahiran Bandung dan Boris Blacher, komponis Jerman. 

Kembali ke Indonesia, ikut terlibat dalam banyak program pengembangan musik klasik dan kontemporer.  Tahun 1968, ia juga terlibat dalam pendirian Taman Ismail Marzuki sebagai ikon seni kontemporer Indonesia. Selanjutnya, ia menjadi salah satu dosen musik pertama saat awal pembentukan Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
 
 


 

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU