> >

Profesor UGM Sebut Vaksin Merah Putih Berpotensi Jadi Booster Vaksin Covid-19, Ini Alasannya

Update corona | 22 Desember 2021, 16:08 WIB
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyerahkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk Vaksin Merah Putih ke PT Biotis Pharmaceutical Indonesia, Rabu (18/8/2021). Penny mengatakan Vaksin Merah Putih masih butuh diuji klinis tahap 2 dan uji klinis lanjutan jika akan digunakan sebagai vaksin booster guna menangkal varian Omicron. (Sumber: Tangkapan Layar Kompas TV)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Rencana pemerintah memberikan booster vaksin Covid-19 mulai Januari 2022 direspons profesor dari Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM. Guru besar sekaligus pakar mikrobilogi klinik UGM Tri Wibawa menyebutkan semua vaksin berpotensi menjadi booster vaksin Covid-19, termasuk vaksin Merah Putih.

Ia menilai upaya pengembangan vaksin nasional dilakukan sejumlah institusi dan perguruan tinggi di tanah air, tak terkecuali vaksin Merah Putih. UGM turut menjadi salah satu lembaga yang melakukan pengembangan vaksin Merah Putih.

"Pengembangan vaksin sangat komplek, untuk sampai tahap uji klinis masih panjang prosesnya. Saat ini kita sedang persiapkan melakukan uji imunogenitas pada hewan coba,” ujar tim pengembang vaksin Merah Putih UGM ini dalam siaran pers Rabu (22/12/2021).

Baca Juga: Vaksin Merah Putih Bisa Jadi Booster Tangkal Omicron, Tapi Harus Lewati 2 Tahapan Ini

Untuk melihat efek imunogenitas vaksin, timnya akan menguji kandidat protein ke mencit. Dalam pengembangan vaksin Merah Putih, UGM fokus pada pengembangan vaksin berbasis DNA protein rekombinan dan menggunakan Carbonated Hydroxyapatite (CHA) sebagai adjuvan.

"Yang membedakan pengembangan vaksin UGM ini dengan yang lainnya adalah pada platform teknologinya yakni rekombinan protein," ucapnya.

Baca Juga: Menunggu Izin Uji Klinik Vaksin Merah Putih

Menurut Tri Wibawa, setiap platform pengembangan vaksin mempunyai keunggulan dan kelemahan. Vaksin Merah Putih yang dikembangkan UGM dengan berbasis protein rekombinan lebih menjanjikan untuk mengurangi potensi efek samping dan memudahkan untuk produksi massal.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU