> >

Meski Harga Minyak Dunia Terus Melejit, Ekspansi Bisnis SPBU Akan Terus Berlanjut

Vod | 11 Februari 2022, 22:18 WIB

KOMPAS.TV - Sejak akhir tahun lalu, harga minyak dunia terus merangkak naik.

Hal ini juga tercermin dari kenaikan "Indonesian Crude Price" ICP atau rata-rata harga minyak mentah Indonesia.

Kementerian ESDM mencatat, ICP Januari lalu sudah berada di level 85,89 dollar per barel.

ICP naik 12,53 dollar dari bulan sebelumnya dan lebih tinggi dari asumsi di APBN, yakni 63 dollar per barel.

Ada beberapa faktor pendorong kenaikan harga minyak dunia, termasuk risiko Geopolitik Ukraina-Rusia dan beberapa negara produsen minyak.

Selain itu, permintaan minyak diproyeksi akan meningkat seiring dengan relaksasi pembatasan Covid-19.

Kenaikan ICP senada dengan kenaikan harga minyak mentah dunia jenis Brent dan WTI yang sudah menembus 90 dollar per barel.

Baca Juga: SKK Migas Temukan Cadangan Baru Migas di Laut Natuna!

Meski demikian, kenaikan harga minyak mentah dunia tidak serta merta di-transmisikan ke harga BBM dalam negeri, bergantung apakah tren penguatan harga minyak berlanjut atau tidak.

Sementara itu merespons kenaikan harga minyak dunia, Pertamina masih belum memutuskan untuk menaikkan atau tidak harga BBM non subsidi, seperti Pertamax dan Pertalite.

Irto Ginting, PJS Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga mengatakan, hingga saat ini Pertamina terus melakukan kajian dan evaluasi harga BBM non subsidi.

Meski harga minyak dunia kian melejit, ekspansi bisnis SPBU pun akan terus berlanjut.

Mengutip data dari Harian Kontan, Pemimpin Bisnis Hilir Migas Pertamina masih akan terus mengembangkan SPBU dari 7.000 SPBUnya saat ini.

Penyalur BBM lain juga memiliki rencana serupa, Shell misalnya yang sudah memiliki 170 SPBU di Indonesia.

Baca Juga: YLKI Buka Posko Pengaduan Minyak Goreng, Catat Nomornya!

Penulis : Shinta-Milenia

Sumber : Kompas TV


TERBARU