Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

IEA: Pasokan Gas Dipakai untuk Musim Dingin 2022, Eropa Akan Krisis Gas Akut di 2023

Kompas.tv - 6 Oktober 2022, 08:42 WIB
iea-pasokan-gas-dipakai-untuk-musim-dingin-2022-eropa-akan-krisis-gas-akut-di-2023
Pipa gas Nord Stream 1 di Lubmin, Jerman. Badan Energi Internasional memprediksi Eropa akan kehabisan gas karena mayoritas sudah dipakai untuk menghadapi musim dingin tahun ini. (Sumber: Stefan Sauer/dpa via AP)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan, Eropa mungkin menghadapi krisis energi yang lebih akut tahun depan. Lantaran mereka akan menghabiskan pasokan gas alamnya untuk menghadapi musim dingin tahun ini. 

Seperti dikutip dari Antara, Kamis (6/10/2022), IEA menyatakan negara-negara Eropa telah mengisi tangki penyimpanan hingga sekitar 90 persen dari kapasitas mereka, setelah Rusia memotong pasokan gas sebagai tanggapan atas sanksi Barat yang dijatuhkan atas invasinya ke Ukraina.

Harga gas yang melonjak dalam beberapa bulan setelah invasi pada Februari, memang sempat menurun. Namun hal itu tak berlangsung lama karena negara-negara bersaing untuk membeli gas alam cair (LNG) dan alternatif lain untuk pengiriman pipa Rusia.

Uni Eropa kini sedang mempertimbangkan pembatasan harga gas. Namun tidak semua negara setuju karena pembatasan harga gas Rusia dikhawatirkan justru mempersulit pengamanan pasokan.

Baca Juga: Gagal Bayar Tagihan karena Harga Meroket, Rusia Putus Pasokan Gas ke Negara Termiskin Eropa Ini

"Dengan penyimpanan gas hampir 90 persen, Eropa akan bertahan pada musim dingin mendatang, selama tidak ada kejutan politik atau teknis," kata Fatih Birol, direktur eksekutif IEA yang berbasis di Paris.


 

Selama ini, kebutuhan gas Eropa 40 persen dipasok Rusia. Mereka akan menghadapi masalah setelah musim dingin terlewati. Yaitu sekitar bulan Februari atau Maret 2023, ketika penyimpanan perlu diisi ulang setelah permintaan musim dingin yang tinggi telah mengurasnya hingga 25-30 persen.

"Musim dingin ini sulit tetapi musim dingin berikutnya mungkin juga sangat sulit," ujar Birol.

Beberapa negara Eropa telah membuat kebijakan untuk melindungi konsumen dari dampak harga gas yang tinggi. Seperti Jerman yang akan mensubsidi tagihan listrik tahun depan, dengan membayar 13 miliar euro (12,8 miliar dolar AS) kepada empat perusahaan jaringan transmisi tegangan tinggi (TSO).

Baca Juga: Kuota BBM Subsidi Ditambah, Andre Rosiade: Ditambah Berapapun Pasti akan Bengkak

Biaya tersebut merupakan bagian dari tagihan listrik, terhitung sekitar 10 persen dari biaya keseluruhan untuk pelanggan ritel dan sepertiga untuk perusahaan industri di sektor seperti baja atau bahan kimia.

Pemerintah Jerman memprediksi, jika subsidi tagihan listrik tidak diberikan maka akan sangat membebani masyarakat. 

Seperti diketahui, sampai perang Ukraina pecah pada akhir Februari, pipa Nord Stream 1 di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Jerman adalah salah satu sumber utama gas Eropa barat.

Nord Stream 1 terdiri dari dua jalur terpisah seperti halnya Nord Stream 2, yang diisi dengan gas. Tapi jalur Nord Stream 2 tidak pernah diizinkan untuk mengirimkan pasokan ke Eropa karena Jerman menangguhkan otorisasi sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Kini, tiga dari empat saluran telah dinonaktifkan oleh apa yang dikatakan Barat dan Rusia sebagai sabotase yang menyebabkan kebocoran besar dan pihak berwenang Denmark mengatakan saluran keempat kini juga mulai bocor. 



Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x