Kompas TV nasional peristiwa

Eks Napiter Teror Markas Polisi, Ahli Terorisme: Itu Bukan Lone Wolf, Balas Dendam ke Aparat

Kompas.tv - 8 Desember 2022, 12:05 WIB
eks-napiter-teror-markas-polisi-ahli-terorisme-itu-bukan-lone-wolf-balas-dendam-ke-aparat
Stanislaus Riyanta, pengamat intelijen dan terorisme menyebut, bom bunuh di Polsek Astana Anyar Bandung bukan lone wolf (Sumber: Kompas TV/Dedik Priyanto)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Stanislaus Riyanta, pengamat intelijen dan terorisme, mengingatkan bahwa bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astana Anyar, Bandung,Rabu (7/12/2022), dilakukan bukan oleh aksi teror perseorangan atau dikenal dengan istilah lone wolf. 

Apalagi, pelaku bom bunuh diri ternyata terbukti adalah bagian dari jaringan kelompok teror JAD (Jamaah Ansharut Daulah). 

Kata dia, diduga ada bantuan jaringan, pelaku teror bom bunuh diri sengaja menyasar markas polisi. 

"Itu bukan lone wolf. Ada jaringannya, itu JAD. Maka kita harus hati-hati. Dia jelas JAD ini yang perlu dipahami," katanya, Kamis (8/12/2022) dalam Program Sapa Pagi Kompas TV.

Ia lantas menyebut, pelaku bom bunuh diri tersebut adalah eks narapidana terorisme (napiter), tapi ia juga menolak program deradikalisasi dari pemerintah usai bebas. 


 

"Dia ngga mau deradikaliasi karena itu betuknya sukarela. Itu jadi syarat bebas bersyarat. Pelaku ini juga sangat keras saat dihukum, di LP Nusakambangan juga di super maximum security, tidak mau bicara yang lain," katanya. 

Baca Juga: Jelang Pernikahan Kaesang 10 Desember, IPW Ingatkan Polri soal "Lone Wolf" Imbas Bom Astana Anyar

Maka, katanya, ketika eks napiter enggan diradikalisasi, statusnya harus diawasi ketat. 

"Biar tidak kembali ke kelompoknya. Karena pelaku keras itu, kalau dia dikembalikan ke masyarakat dan ditolak, kembali ke kelompoknya," kata dia. 

Ia lantas menyebut, motif bom Bandung bisa jadi adalah dendam karena dulu pernah merasa dihukum aparat. 

"Dengan motif dendam, ia pasti melakukan hal sama teror. Jadi tidak sesimple KUHP (pesan yang ditinggalkan) ya salah sasaran," ujarnya.

"Harus dilihat, akhir bulann kemarin, pemimpin ISIS tewas. Maka ketika pemimpinanya tewas, biasanya mereka bikin balasan. Ke mana? Ya aparat," ungkapnya. 

KUHP, kata dia, sebagai faktor penarik publik saja. Lagipula, polisi juga bukan pembuat RKUHP. 

Baca Juga: BNPT Selidiki Dugaan Pelaku Lain Bantu Agus Sujatno di Bom Bunuh Diri Mapolsek Astana Anyar

SebelumnyaKapolri Jendera Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan, pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat, terafiliasi dengan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Jawa Barat. 

Adapun pelaku bom bunuh diri itu bernama Agus Sujatno alias Agus Muslim.

Dari jejak pelaku bom bunuh diri itu, kata Kapolri, Agus Sujatno adalah seorang eks narapidana terorisme yang sebelumnya ditahan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Nusakambangan.

Kapolri juga mengungkapkan, pelaku bom bunuh diri Polsek Astana Anyar itu pernah ditangkap karena terlibat bom Cicendo pada Februari 2017.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x