TIMIKA, KOMPAS.TV- Direktur PT Freeport Indonesia Claus Wamafma menyampaikan, produksi biji tembaga dan emas Freeport tahun ini, diproyeksikan meningkat dibanding tahun lalu. Hal itu sudah terlihat dari produksi hingga kuartal III 2021 atau sampai September.
Berdasarkan data yang diterbitkan Freeport McMoran, produksi bijih tembaga Freeport hingga kuartal III 2021 adalah sebesar 956 juta pon. Sebagai informasi, 1 pon setara dengan 0,454 kg.
Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 76,05 persen secara year-on-year, di mana pada periode yang sama tahun 2020 lalu, jumlah produksi bijih tembaga perusahaan hanya sebesar 543 juta pon.
Sedangkan bijih tembaga yang berhasil terjual hingga September 2021, sebesar 946 juta pon. Naik sebesar 82,62 persen secara year-on-year.
Baca Juga: PT Bakrie & Brothers Tbk Pasok Bus Listrik untuk Transjakarta
Pada kuartal ketiga tahun 2020, penjualan bijih tembaga perusahaan adalah sebesar 518 juta pon. Adapun, besaran rata-rata harga yang ditetapkan dalam penjualan 2021 adalah 4,21 dollar AS per pon, yang juga meningkat dari tahun lalu di level 2,79 dollar AS per pon.
Selanjutnya untuk emas, jumlah produksinya sampai dengan kuartal ketiga tahun 2021 adalah sebesar 968 ribu ons. Naik 67,76 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang sebesar 577 ribu ons.
Lalu untuk penjualan emas Freeport Indonesia diketahui mencapai 957 ribu ons, yang naik sebanyak 74,31 persen dibandingkan tahun lalu yang jumlahnya hanya sebesar 549 ribu ons.
Harga rata-rata yang dikenakan untuk emas perusahaan adalah 1.780 dollar AS per ons, di mana jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu di angka 1.810 dollar AS per ons.
Baca Juga: Menperin Sebut Diskon PPnBM Mobil Bisa Permanen, Tapi Ada Syaratnya
"Dari sisi produksi mudah-mudahan sampai dengan akhir tahun kami bisa mencapai target yang direncanakan. Dibandingkan tahun lalu, tentu tahun ini jauh lebih baik," kata Claus seperti dikutip dari Antara, Senin (13/12/2021).
"PT Freeport berterima kasih atas dukungan semua pemangku kepentingan baik karyawan, masyarakat sekitar lokasi pertambangan, pemerintah dan TNI-Polri yang memberikan dukungan penuh terhadap keberlangsungan operasi perusahaan tambang itu," ujarnya.
Menurut Claus, peningkatan produksi Freeport disebabkan penanganan virus Covid-19 yang baik di lingkungan perusahaan, sehingga penyebarannya menurun dan membuat pekerja semakin produktif.
"Ketika COVID-19 bisa kita kontrol dan karyawan bisa bekerja dengan baik tanpa rasa khawatir maka sudah pasti produksi juga terjaga. Pada akhirnya semua pemangku kepentingan bisa merasakan manfaat dari operasi perusahaan ini," tuturnya.
Baca Juga: Wuih, Indonesia Jadi Eksportir Mi Instan Terbesar ke-4 di Dunia!
Claus menuturkan, dari sisi keselamatan kerja, tahun ini tidak ada laporan kasus fatal dalam operasi pertambangan Freeport hingga menyebabkan meninggal dunia.
Selama beberapa tahun terakhir, Freeport terus mengembangkan kapasitas produksi tambang bawah tanahnya, apalagi setelah tambang terbuka (open pit) telah selesai produksi sejak 2019 lalu.
"Untuk pengembangan tambang bawah tanah, semua tetap berjalan sesuai rencana, tidak ada hambatan, semua berjalan normal meskipun kita menghadapi situasi serius akibat pandemi COVID-19," ujar Claus.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.