JAKARTA, KOMPAS.TV- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, bangsa Indonesia saat ini dihadapkan oleh tantangan yang semakin bertambah.
Karena kondisi dunia saat ini makin tidak jelas.
Mulai dari perubahan iklim hingga perang yang tak berkesudahan menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara-negara lainnya.
“Dunia sekarang ini makin tidak jelas. Tantangan yang kita hadapi juga bukan makin berkurang malah semakin bertambah. Perubahan iklim yang dulu kita anggap sesuatu yang absurd sekarang sudah menjadi kenyataan. Kekeringan akibat super El Nino betul-betul kita rasakan, produksi beras turun hampir di semua negara,” kata Jokowi di sebuah acara di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (24/10/2023).
Baca Juga: Jokowi Jawab Tudingan Dinasti Politik dan Hubungan dengan PDIP Usai Gibran Jadi Cawapres
Jokowi menyebut 22 negara mengurangi bahkan menyetop ekspor beras mereka akibat El Nino.
Menurutnya, hal itu tidak pernah diperhitungkan oleh pemerintah Indonesia dan negara lainnya. Tapi akhirnya kini terjadi.
Belum lagi pelemahan ekonomi global yang diramalkan akan membaik pasca Covid 2020.
Namun sampai saat ini, ekonomi global masih melemah karena berbagai sebab.
Ditambah lagi kenaikan bunga acuan Amerika Serikat yang membuat investor di pasar keuangan melarikan uang mereka dari negara berkembang, untuk ditempatkan di AS.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Siapkan Paket Kebijakan untuk Hadapi Pelemahan Rupiah, Inflasi, hingga El Nino
“Perang yang satu, Rusia-Ukraina belum jelas kapan selesai. Muncul lagi Hamas-Israel. Peristiwa itu membuat khawatir semua negara. Karena kalau perang meluas ke Lebanon, ke Suriah, ke Iran, itu akan semakin merumitkan masalah ekonomi semua negara karena harga minyak akan naik,” ujar Jokowi seperti dikutip dari Breaking News Kompas TV.
“Saya cek kemarin (harga minyak) Brent masih USD 89 per barrel. Kalau perang meluas bisa mencapai USD 150 per barrel. Inilah yang harus diwaspadai,” tambahnya.
Presiden menyatakan, semua pihak harus mewaspadai tantangan-tantangan yang ia sebutkan.
Pemerintah pun akan mengerahkan instrumen kebijakan fiskal dan moneter dampaknya tidak terlalu besar bagi perekonomian Indonesia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.