KOMPASTV - Beberapa waktu lalu beredar narasi yang menyatakan dokter melarang masyarakat mengonsumsi garam alami dan lebih menganjurkan garam beryodium. “mengapa garam dilarang bahkan di bawah pengawasan dokter? karena jika masyarakat makan garam alami ini akan menjadi masyarakat yang sehat. Garam alami dilarang karena alasan ini, jadi apa itu garam alami?
Perdebatan mengenai garam alami dan garam beryodium sempat ramai pada kolom komentar narasi yang beredar. Namun setelah dicek kebenarannya, Narasi yang menyatakan larangan mengonsumsi garam alami dan lebih memilih garam yodium adalah informasi yang tidak benar atau hoaks.
Garam merupakan senyawa natrium yang memberikan rasa asin, biasanya diambil dari laut dan kadang dari pegunungan. Namun ada pula makanan yang secara alami sudah mengandung garam, seperti ikan laut, kerang, rumput laut, wortel, brokoli, dan bayam.
Narasi yang mempromosikan garam tanpa yodium beredar seiring dengan maraknya anjuran konsumsi garam merah muda atau garam Himalaya. Meskipun garam merah muda mengandung sejumlah kecil minerat tambahan daripada garam putih, jumlahnya tidak begitu berarti. Namun lebih disarankan untuk membatasi asupan garam.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan menganjurkan konsumsi garam dalam sehari yaitu 2 ribu miligram Natrium atau setara dengan 1 sendok teh atau 5gram garam bagi orang dewasa. Garam putih atau alami sama saja dengan garam yodium. Sebagian besar kandungannya terdiri atas Natrium Klorida yang bermanfaat bagi tubuh.
Jadi, narasi yang menyatakan bahwa dokter melarang masyarakat mengonsusmsi garam alami dan lebih menganjurkan garam beryodium adalah informasi tidak benar atau hoaks.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.