KABUL, KOMPAS.TV - Hampir 2.400 warga sipil Afghanistan tewas atau terluka bulan Mei hingga Juni saat pertempuran antara kelompok Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan meningkat. Angka tersebut adalah tertinggi selama dua bulan sejak pencatatan dimulai tahun 2019, demikian laporan PBB, Senin, (26/07/2021) seperti dilansir Antara
Misi Bantuan PBB untuk Afghanistan (UNAMA) mencatat jumlah 5.183 korban sipil antara Januari sampai Juni. 1.659 di antaranya adalah korban tewas. Angka itu naik 47 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Jumlah tersebut menggarisbawahi situasi mengerikan bagi warga sipil Afghanistan. Pertempuran sengit berlangsung pada Mei hingga Juni setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan penarikan pasukan Amerika sejak September 2020.
Pemulangan pasukan Amerika Serikat itu mengakhiri 20 tahun keberadaan militer asing di negara tersebut.
"Yang menjadi perhatian serius yakni peningkatan tajam jumlah warga sipil yang tewas dan terluka sejak 1 Mei, dengan korban sipil yang hampir sama banyaknya pada periode Mei-Juni seperti yang tercatat pada empat bulan sebelumnya," bunyi pernyataan UNAMA.
Baca Juga: Afghanistan Berlakukan Jam Malam demi Hentikan Pergerakan Taliban Kuasai Kota
Bentrokan dahsyat di seluruh wilayah berlangsung dalam dua bulan terakhir saat kelompok Taliban meluncurkan serangan besar-besaran. Mereka juga merebut distrik perdesaan, penyeberangan perbatasan, serta ibu kota provinsi sekitar.
Hal tersebut memicu pasukan Afghanistan dan AS melakukan serangan udara untuk memukul mundur pemberontak.
Para perunding telah bertemu di Ibu Kota Doha, Qatar, beberapa pekan terakhir. Namun, para diplomat memperingatkan hanya ada sedikit kemajuan substantif yang dihasilkan sejak pembicaraan damai dimulai sejak September 2020.
"Saya meminta para pemimpin Taliban dan Afghanistan agar memperhatikan rentetan konflik yang sadis dan mengerikan, serta imbasnya yang menghancurkan bagi warga sipil," kata Deborah Lyons, Perwakilan Khusus Sekjen PBB untuk Afghanistan.
"Jumlah warga sipil Afghanistan yang belum pernah terjadi sebelumnya akan tumbang dan lumpuh tahun ini jika kekerasan yang terus meningkat tak terbendung." tambahnya.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.