WASHINGTON, KOMPAS.TV - Mantan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) era Donald Trump, John Bolton mengaku bahwa ia pernah membantu merencanakan kudeta di negara-negara lain. Hal tersebut disampaikan Bolton ketika wawancara bersama kanal televisi CNN, Selasa (12/7/2022).
Bolton enggan mengelaborasi apa yang dia maksud dengan membantu merencanakan kudeta di negara-negara lain dan kapankah terjadinya. Bolton sendiri pernah menjadi utusan AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) era George W. Bush.
Pengakuan ini disampaikan Bolton ketika diwawancara soal upaya Trump mempertahankan kekuasaan usai kalah dalam pemilihan umum 2020. Bolton ditanya apakah upaya Trump itu termasuk “kudeta.”
Bolton menyebut agitasi Trump tentang kecurangan pemilu yang berujung penyerbuan Capitol pada 6 Januari 2021 tidak bisa dikategorikan sebagai “kudeta terhadap konstitusi” sebagaimana anggapan sebagian kalangan.
Baca Juga: Mengejutkan, Donald Trump Dilabeli Ancaman Domestik yang Tak Pernah Dihadapi AS
Pembawa acara CNN, Jake Tapper menimpali dengan menyebut, "seseorang tidak perlu menjadi brilian untuk melakukan kudeta”. Bolton tidak setuju dengan pernyataan itu, lalu memberikan pengakuan.
“Saya tidak setuju dengan itu. Sebagai seseorang yang pernah membantu merencanakan kudeta, tidak di sini, tetapi Anda tahu, di tempat-tempat lain; itu menuntut banyak kerja dan itu bukanlah yang dilakukannya (Trump). Itu (tindakan Trump) hanyalah tersandung-sandung dari satu gagasan ke gagasan lain,” kata Bolton kepada CNN via The Guardian.
Tapper kemudian berusaha mengejar Bolton mengenai pengakuannya yang pernah membantu kudeta di sejumlah negara. Namun, eks pejabat Gedung Putih itu enggan menjelaskannya secara spesifik.
Bolton sebatas mengakui satu kudeta gagal di Venezuela pada 2019. Waktu itu, Washington menyokong pemimpin oposisi, Juan Guaido untuk merebut kekuasaan dari Nicolas Maduro.
Bolton sendiri menyinggung kebijakan luar negeri AS terkait Venezuela dalam bukunya, The Room Where It Happened yang berisi aktivitasnya sebagai pembantu Trump.
“Ya, saya menulis tentang Venezuela dalam buku dan (kudeta) itu ternyata tidak berhasil,” kata Bolton.
“Bukan berarti kami terlibat terlalu banyak dengan itu (kudeta Venezuela), tetapi apa yang saya lihat adalah sekelompok oposisi berusaha mendepak presiden yang dipilih secara ilegal dan mereka kalah. Gagasan bahwa Donald Trump tidak sekompeten oposisi Venezuela itu konyol,” lanjutnya.
Sementara itu, jurnalis yang menulis buku Gangster of Capitalism, Jonathan M. Katz, menyebut bahwa Washington kerap terlibat kudeta di negara lain. Menurutnya, kudeta yang dibantu Bolton di antaranya terjadi di Nikaragua, Irak, Haiti, dan negara-negara lain.
“Amerika Serikat telah mendukung dan berpartisipasi dalam banyak kudeta dan pemakzulan pemerintahan di luar negeri, merentang hingga pergantian abad 20. Bolton secara pribadi terlibat dalam banyak upaya (kudeta) terkini, di Nikaragua, Irak, Hait, dan lain-lain,” tulis Katz dalam buletin The Racket.
Baca Juga: Intel Amerika dan Inggris Khawatir Spionase China, Ancaman Terbesar bagi Barat
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.