MANILA, KOMPAS.TV - Tiga orang tewas dalam penembakan saat upacara wisuda Universitas Ateneo de Manila, di dekat ibu kota Filipina, Manila, Minggu (24/7/2022).
Korban tewas termasuk seorang mantan wali kota di wilayah selatan Filipina yang bergejolak, kata polisi setempat seperti dilaporkan Straits Times, Minggu.
Kepala Polisi Kota Quezon Remus Medina mengatakan, penembakan itu tampaknya merupakan pembunuhan terhadap mantan wali kota Lamitan Selatan, Rose Furigay.
Tersangka pelaku terluka dalam tembak-menembak dengan petugas keamanan kampus dan ditangkap setelah saling kejar dengan mobil. Tersangka saat ini telah ditahan serta diinterogasi, kata Medina kepada wartawan.
"Dia terlihat seperti seorang pembunuh yang gigih," katanya, seraya menambahkan pria bersenjata itu ditemukan dengan dua pistol.
Insiden itu terjadi di Universitas Ateneo de Manila di Kota Quezon pada pukul 14.55 waktu setempat ketika mahasiswa hukum dan keluarga mereka tiba untuk menghadiri upacara kelulusan yang akan dihadiri oleh ketua Mahkamah Agung Filipina.
Ketua Hakim Agung Alexander Gesmundo seharusnya menghadiri upacara kelulusan sekolah hukum pada Minggu sore untuk memberikan pidato. Acara tersebut dibatalkan setelah insiden penembakan.
Baca Juga: Dibayangi Krisis Pangan Sri Lanka, Filipina Cari Pupuk dari China, Rusia, dan Indonesia
Juru bicara Mahkamah Agung Filipina Brian Hosaka mengatakan, Gesmundo "dalam perjalanan ketika penembakan terjadi dan disarankan untuk kembali."
Quezon adalah bagian dari wilayah Manila, pinggiran ibu kota terdiri dari 16 kota kecil yang dihuni lebih dari 13 juta orang.
Furigay tertembak saat hendak menghadiri wisuda putrinya yang belajar di sekolah hukum universitas tersebut, salah satu universitas paling bergengsi di Filipina.
Asisten eksekutif Furigay dan seorang penjaga keamanan universitas juga tewas.
Putrinya terluka dan dalam kondisi stabil di rumah sakit, kata polisi.
"Kami sangat putus asa dan berduka atas kejadian ini," kata Joy Belmonte, wali kota tempat penembakan itu terjadi seperti dikutip Straits Times.
Baca Juga: Begini Suasana Setelah Pelantikan Presiden Filipina Marcos Jr di Manila
Tersangka yang tidak memiliki kerabat saat wisuda adalah penduduk asli kota Lamitan di provinsi Basilan. Ia disebut sebagai anggota kubu Abu Sayyaf, kelompok ekstremis pro-ISIS yang dikenal karena kebanditan dan penculikannya.
Di Filipina, insiden penembakan terjadi secara sporadis. Warga diwajibkan memiliki izin untuk membawa senjata di tempat umum.
Petugas keamanan swasta yang membawa pistol atau senapan, dan senjata api di pusat perbelanjaan, kantor, bank, restoran, dan bahkan sekolah, adalah pemandangan umum di Filipina.
"Kami berkomitmen kepada lembaga penegak hukum kami untuk menyelidiki pembunuhan ini secara menyeluruh dan cepat serta membawa semua yang terlibat ke pengadilan," kata Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr dalam sebuah pernyataan.
Sumber : Kompas TV/Straits Times/Xinhua
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.