Kompas TV internasional kompas dunia

Haiti Mencekam! Dikepung Perang Geng, Ratusan Anak Terpaksa Mengungsi ke Sekolah

Kompas.tv - 26 Juli 2022, 05:25 WIB
haiti-mencekam-dikepung-perang-geng-ratusan-anak-terpaksa-mengungsi-ke-sekolah
Anak-anak kecil yang mengungsi dari perang geng di Cite Soleil, Port-au-Prince, Haiti, tidur tanpa alas di sebuah gedung sekolah, Sabtu (23/7/2022). Sekitar 315 orang mengungsi ke sekolah Saint-Louis de Gonzague akibat perang geng yang meletus sejak awal Juli lalu. (Sumber: Odelyn Joseph/Associated Press)

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.TV - Ratusan anak-anak dan orang dewasa di Port-au-Prince, Haiti, terpaksa mengungsi ke sebuah sekolah menengah atas karena permukiman mereka terkepung perang geng. Para penduduk terpaksa meninggalkan rumah yang diliputi mencekamnya pertempuran bersenjata beberapa pekan terakhir.

Di komune Cite Soleil, Port-au-Prince, pertempuran antara dua geng yang berseteru menewaskan puluhan orang dan menghancurkan rumah-rumah warga.

Menurut laporan Associated Press, Minggu (24/7/2022), sekitar 315 orang mengungsi ke sekolah Saint-Louis de Gonzague. Sekolah ini terletak di distrik Delmas, daerah tetangga Cite Soleil yang menjadi pusat kekerasan.

Ketika perang geng terjadi, sekolah itu tengah libur musim panas. Ruang-ruang kelas pun diubah menjadi asrama dadakan. Para remaja, anak-anak, dan balita tidur di atas matras kecil yang disediakan sebuah organisasi keagamaan bernama Kizito.

Akan tetapi, matras kecil itu termasuk kemewahan bagi penduduk. Pasalnya, beberapa yang lain tak kebagian dan mesti tidur tanpa alas.

Baca Juga: Perang Geng Picu Pertumpahan Darah di Ibu Kota Haiti, Puluhan Orang Tewas Selama Empat Hari

Koordinator umum Kizito, Francisco Seriphin, melaporkan bahwa kebanyakan anak datang tanpa orang tua mereka.

Sebagian anak-anak harus mengantre untuk menginput informasi tentang orang tua mereka. Sebagian orang tua diketahui menghilang atau tidak dibolehkan meninggalkan Cite Soleil oleh geng yang berseteru.

“Kami butuh banyak bantuan,” kata Jean Michelet, remaja 16 tahun yang mengaku terluka ketika perang geng meletus pada awal Juli lalu.

“Saya di rumah pada hari ketika perang dimulai. Ada banyak tembakan. Sebiji peluru menembus atap dan mengenai kepala saya,” lanjutnya.

Michelet mengaku seorang biarawati membawanya ke rumah sakit agar lukanya dirawat.

Kata dia, banyak orang telah tewas akibat bentrok geng bersenjata api. “Situasinya benar-benar buruk,” kata Michelet.

Kekerasan geng sendiri memburuk di Haiti sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada Juli 2021 silam. 

Sejak pembunuhan itu, krisis politik terjadi dan upaya membentuk pemerintahan koalisi tak berlangsung lancar. Usaha menggelar pemilihan umum pun terhenti.

Pekan lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan telah ada 99 orang yang dikonfirmasi tewas akibat perang geng. Namun, jumlah pastinya sulit diketahui karena bahaya di lokasi.

PBB pun melaporkan sejumlah anasir geng memutus akses air minum dan pangan ke Cite Soleil untuk mengontrol penduduk, meningkatkan risiko kelaparan massal.

Baca Juga: Kurang Pangan, Puluhan Napi Haiti Meninggal di Penjara pada 2022

Silvenia Luc, salah satu penduduk Haiti yang mengungsi di gedung sekolah, menunjukkan foto anaknya, Mackenson Pierre yang terbunuh dalam perang geng di Cite Soleil, Port-au-Prince. Foto ini diambil pada Sabtu (23/7/2022). (Sumber: Odelyn Joseph/Associated Press)

 



Sumber : Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x