Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Produk Pertanian Ukraina Ditolak Pembeli dari Lebanon

Kompas.tv - 10 Agustus 2022, 06:15 WIB
produk-pertanian-ukraina-ditolak-pembeli-dari-lebanon
Kapal yang mengangkut produk pertanian Ukraina berlabuh di Turki selepas ditolak pembeli dari Lebanon. (Sumber: Twitter Kedubes Ukraina untuk Lebanon)
Penulis : Rofi Ali Majid | Editor : Iman Firdaus

TRIPOLI, KOMPAS.TV - Kapal kargo yang membawa produk pertanian Ukraina tak jadi berlabuh di Tripoli, Lebanon, selepas kesepakatan jual beli gagal akibat keterlambatan pengiriman.

Hal itu dikonfirmasi Kedutaan Besar (Kedubes) Ukraina untuk Lebanon via laman Twitter, Selasa (9/8/2022) waktu setempat.

"Karena invasi Rusia ke Ukraina dan penutupan pelabuhan, pengiriman tiba setelah lima bulan dari kesepakatan awal. Itu sebabnya perusahaan pembeli dan penjual bersepakat membatalkan pesanan," terang Kedubes.

"Saat ini, perusahaan sedang menawarkan produk pertanian tersebut ke pembeli lainnya," imbuh pernyataan itu.

Pemerintah Lebanon dilaporkan tidak terlibat dengan pengiriman produk pertanian itu karena jual beli melibatkan sektor swasta.

Sementara di sisi lain, Middle East Eye melaporkan kegagalan transaksi terjadi karena pembeli dari Lebanon tak senang dengan keterlambatan itu.

"Pemilik kapal tidak senang dengan kasus ini. Sudah enam bulan menunggu. Itu memakan biaya yang besar," kata agen pengiriman yang berbicara dengan syarat anonimitas.

Baca Juga: PLTN Terbesar di Eropa Dikuasai Rusia, Zelenskyy Minta Dunia Bertindak: Jangan Lupakan Chernobyl

Razoni, kapal pertama bebendera Sierra Lone, yang berangkat dari Ukraina sejak invasi Rusia, dilaporkan telah berlabuh Pelabuhan Daring, Turki, membawa sekitar 26.500 ton jagung.

Kesepakatan antara Rusia dan Ukraina untuk memulai kembali ekspor laut dinegosiasikan bulan lalu dengan bantuan Turki dan PBB. 

Turki menjadi tuan rumah pusat khusus untuk mengorganisir pengiriman yang melibatkan Moskow dan Kiev.

Negara pimpinan Erdogan itu bertugas memeriksa kapal untuk mencegah penyelundupan senjata baik masuk maupun keluar dari zona konflik.

Baca Juga: Sekjen PBB: Perusahaan Migas Rakus, Keuntungan Nyaris $100 miliar di Tengah Krisis

 



Sumber : Kompas TV/MEE



BERITA LAINNYA



Close Ads x