KOTA MEKSIKO, KOMPAS.TV - Meksiko digegerkan dengan serangan kartel Sinaloa di Culiacan, Kamis (5/1/2023), usai anak mantan gembong narkoba Meksiko, Joaquin "El Chapo" Guzman ditangkap. Bentrok bersenjata memakan korban setidaknya 30 orang, 11 penegak hukum dan 19 terduga anggota kartel.
Ovidio Guzman, anak El Chapo, sebelumnya pernah ditangkap pada 2019 tetapi dibebaskan usai kartel Sinaloa mengangkat senjata di Culiacan dan mengancam pertumpahan darah. Namun, kali ini, Ovidio tetap ditahan dan ditransfer ke penjara berkeamanan maksimum di Juarez sembari menunggu permintaan ekstradisi Amerika Serikat (AS).
Kendati penangkapan Ovidio dipandang penting bagi penegakan hukum, pengamat justru skeptis penangkapan ini akan berdampak positif ke upaya pemberantasan narkoba Meksiko.
Baca Juga: Ekstradisi Anak El Chapo ke AS Ditunda, Imbas Perang Kartel Sinaloa yang Tewaskan 29 Orang
Analis keamanan asal Meksiko, Alejandro Hope menyebut penangkapan Ovido tidak akan mengubah ekspor besar-besaran metamfetamin dan fentanil dari kartel Sinaloa.
Di lain sisi, penangkapan ini justru dipandang muram karena menunjukkan kurangnya investigasi otoritas Meksiko terhadap Ovidio ataupun kartel Sinaloa sejak 2019.
"Betapa hebat, mereka bisa menangkap Ovidio, tepuk tangan, sempurna. Apa yang membuat saya tertekan adalah kita telah melalui ini (perang narkoba) selama 16 tahun, atau 40 (tahun) sejak (pembunuhan agen DEA, Enrique) Camarena. Dan kita masih tidak punya kemampuan investigasi," kata Hope dikutip Associated Press, Minggu (8/1/2023).
Hope pun menduga penangkapan Guzman kemungkinan bermula dari tekanan atau informasi dari AS. Ia juga menyebut penangkapan ini sebagai indikasi Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mulai mengabaikan sikapnya yang menentang strategi tangkap gembong ala Washington.
"Kita terus mengandalkan otot, kapabilitas militer, dan bukan kemampuan menginvestigasi," kata Hope.
Sejak dilantik pada Desember 2018 silam, Lopez Obrador mengampanyekan kebijakan "pelukan, bukan peluru." Ia mengalihkan sumber daya perang narkoba ke program-program sosial yang berupaya membidik hal-hal yang dianggap pemerintah sebagai akar kekerasan.
Kebijakan itu berbeda dengan kecenderungan AS yang pilih menangkapi gembong-gembong narkoba sebagai strategi. Namun, menurut profesor madya dari Universitas George-Mason AS, Guadalupe Correa-Cabrera, narkoba terus mengalir deras dan lebih mematikan di tengah pelaksanaan strategi tangkap gembong.
"Meksiko tunduk pada kepentingan Amerika Serikat. Strategi tangkap gembong ini adalah sebuah strategi yang gagal," kata Correa-Cabrera.
Hal senada diungkapkan oleh bekas kepala operasi internasional Badan Narkotika AS (DEA), Mike Vigil. Ia menyebut penangkapan Ovidio, kendati penting jika dipandang sebagai peringkusan kriminal besar, tidak berarti apa-apa bagi kampanye antinarkoba.
"Sungguh, apa yang perlu kita lakukan di Amerika Serikat ini adalah melakukan kerja yang lebih baik untuk mengurangi permintaan (narkoba)," kata Vigil.
Ovidio Guzman untuk sementara ditahan Meksiko atas tuduhan kepemilikan senjata ilegal dan percobaan pembunuhan. Permintaan ekstradisi AS juga telah menunggu.
Di lain sisi, Menteri Dalam Negeri Meksiko Adan Lopez Hernandez menyebut pihaknya tengah menggelar suatu investigasi terkait Ovidio yang tidak bisa diungkapkan.
Baca Juga: Kondisi Kota Culiacan Meksiko Pasca Kerusuhan Usai Putra Gembong Narkoba El Chapo Ditangkap
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.