TEL AVIV, KOMPAS.TV - Tamir Pardo, mantan kepala dinas intelijen Israel, Mossad menyatakan bahwa negaranya menegakkan sistem apartheid di Tepi Barat. Pardo menyebut pemerintah Israel merawat sistem apartheid untuk mendiskriminasi orang Palestina.
Tamir Pardo pun menjadi satu dari segelintir tokoh Israel terkini yang menyatakan bahwa negaranya menggunakan sistem apartheid. Sistem ini merujuk diskriminasi berdasarkan ras di Afrika Selatan yang berakhir pada 1994.
Organisas-organisasi hak asasi manusia Israel dan Palestina sendiri sejak lama menuduh Israel menerapkan apartheid selama menduduki kawasan Tepi Barat 56 tahun terakhir. Orang Palestina disebut diperlakukan sebagai warga kelas dua untuk mempertahankan hegemoni Yahudi.
Baca Juga: Rumor Normalisasi Arab Saudi-Israel, Palestina Keluarkan Syarat Mencengangkan
"Ada negara apartheid di sini. Dalam sebuah wilayah di mana dua rakyat diatur berdasarkan dua sistem hukum yang berbeda, itulah negara apartheid," kata Pardo dikutip Associated Press, Rabu (6/9/2023).
Tamir Pardo sendiri mengepalai Mossad pada 2011-2016. Pardo mengaku pernah menyampaikan kepada mantan atasannya, Benjamin Netanyahu untuk segera menetapkan perbatasan Israel atau negara Yahudi itu terancam hancur.
Pardo kemudian menjadi pengkritik Netanyahu yang vokal, terutama sejak pemerintahan Netanyahu hendak merombak sistem kehakiman Israel.
Sementara itu, Partai Likud yang mengusung Netanyahu merilis pernyataan yang mengecam komentar Pardo. Partai Likud menyebut komentar Pardo atas sistem apartheid Israel adalah "fitnah."
"Alih-alih mempertahankan Israel dan militer Israel, Pardo memfitnah Israel. Pardo, Anda harusnya malu," demikian tulis pernyataan Likud.
Baca Juga: Amnesty International: Israel Terapkan Apartheid terhadap Bangsa Palestina, PBB Harus Beri Sanksi
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.