GAZA, KOMPAS.TV - Gencatan senjata Hamas-Israel ternyata tak cukup membuat gembira warga Palestina di Gaza.
Gencatan senjata Hamas-Israel telah berlangsung empat hari dan Senin (27/11/2023) ini, menjadi hari terakhir.
Banyak pihak menginginkan agar gencatan senjata tersebut bisa diperpanjang.
Baca Juga: Joe Biden Sama seperti Hamas Ingin Perpanjang Gencatan Senjata, Bagaimana Netanyahu?
Meski gencatan senjata mungkin membawa sedikit kelegaan bagi 2,3 juta orang yang tinggal di wilayah terkepung itu, warga Palestina di Gaza Tala Herzallah mengungkapkan hal itu tak bisa membuatnya gembira.
Pasalnya, meski telah terjadi gencatan senjata, namun warga Gaza masih dipindahkan.
“Saya tak memiliki perasaan apa-apa tentang itu (gencatan senjata), kami masih dipindahkan,” ujarnya kepada Al-Jazeera.
Tala dan keluarganya dipindahkan ke selatan setelah Israel memerintahkan evakuasi dari utara Gaza pada awal perang.
“Pada hari pertama (gencatan senjata) kami menemukan tentara Israel telah menghancurkan rumah kami di utara,” ujarnya.
“Kini itu hanya reruntuhan, dan kami tak memiliki lagi tempat untuk kembali. Itu hanya semakin buruk,” tambah Tala.
Mahasiswi berusia 21 tahun itu mengatakan kabar buruk kehancuran rumahnya itu diketahuinya melalui tetangganya yang memutuskan bertahan di utara Gaza.
Ia mengatakan banyak warga Palestina berharap bisa kembali, untuk melihat apakah rumah mereka masih berdiri.
Baca Juga: Kelompok Muslim Thailand Ikut Bicara dengan Hamas untuk Bebaskan Warganya yang Disandera di Gaza
Selain itu mereka juga ingin menarik orang-orang tercintanya yang terkubur di bawah reruntuhan, untuk menguburkan mereka.
Tentara Israel memang memperingatkan warga Gaza untuk pergi dari sebelah utara ke selatan, dan menyebutnya sebagai zona pertempuran.
Adapun pada Jumat (24/11) pekan lalu, dua warga Palestina dilaporkan dibunuh oleh tentara Israel, dan 11 orang terluka setelah berusaha pergi ke utara.
Sumber : Al-Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.