Putin: Perang Ukraina Berlanjut sampai Nihil Kemungkinan Laras Senjata NATO Ada di Perbatasan Rusia

MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Vladimir Putin hari Kamis (14/12/2023) menyatakan Rusia akan terus melanjutkan perang di Ukraina sampai nihil kemungkinan laras senjata NATO berada di perbatasan Rusia, dan Kiev menyanggupi kesepakatan yang mempertimbangkan kekhawatiran keamanan Moskow.

Putin menambahkan, tujuan dari "operasi militer khusus" akan tercapai dengan cara apa pun dalam setiap keadaan.

Menanggapi pertanyaan dari masyarakat dan media dalam suatu acara yang didominasi oleh perang, Putin mengatakan tujuan asli Rusia di Ukraina tidak berubah, dan pasukan Rusia sedang memperbaiki posisi mereka di sepanjang sebagian besar garis depan.

Tujuan inti Rusia tetap "de-Nazifikasi", "de-militarisasi", dan menjamin netralitas Ukraina, kata Putin. 

"Akan ada perdamaian ketika kita mencapai tujuan kita," tegasnya.

"Mengenai demilitarisasi, jika mereka (Ukraina) tidak ingin mencapai kesepakatan, maka kita terpaksa mengambil tindakan lain, termasuk tindakan militer," tambahnya.

"Entah kita mendapatkan kesepakatan, setuju pada beberapa parameter (ukuran dan kekuatan militer Ukraina), atau kita selesaikan ini dengan kekuatan. Inilah yang akan kita usahakan."

Putin menjawab pertanyaan dari pasukan Rusia yang bertempur di dekat garis depan, dengan suara tembakan yang bergema di belakang.

Baca Juga: Ukraina Kecam Rencana Rusia Gelar Pilpres di 4 Wilayah yang Diduduki, Putin Siap Calonkan Diri Lagi

Putin mengungkap telah mendeteksi tanda-tanda bahwa antusiasme Barat membantu militer dan keuangan Ukraina, sesuatu yang disebut Putin sebagai "sedekah", mulai meredup. Tetapi, untuk saat ini, ia yakin Kiev akan terus mendapatkan bantuan.

Putin mengulangi posisinya bahwa ekspansi NATO ke arah perbatasan Rusia, termasuk keinginan Ukraina untuk bergabung dengan aliansi militer Barat, adalah penyebab fundamental dari konflik ini.

"Keinginan yang tidak terkendali untuk merayap ke arah perbatasan kita, membawa Ukraina ke dalam NATO, semua ini menyebabkan tragedi ini. Mereka memaksa kita untuk bertindak seperti ini," katanya.

"Ketika perubahan internal terjadi (di Amerika Serikat), ketika mereka mulai menghormati orang lain... ketika mereka mulai mencari kompromi daripada mencoba menyelesaikan masalah mereka dengan sanksi dan intervensi militer, maka kondisi mendasar akan terpenuhi untuk mengembalikan hubungan yang sepenuhnya pulih."

Putin membandingkan perang Rusia di Ukraina dengan pengeboman Israel di Jalur Gaza, mengatakan kedua konflik tersebut sangat berbeda, dan Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak Palestina.

Rusia mengatakan serangan udara mereka tidak sengaja mengincar warga sipil, tetapi pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan lebih dari 10.000 warga Ukraina tewas dan lebih dari 18.000 terluka sejak Putin mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Putin juga menolak gelombang mobilisasi militer lebih lanjut, mengatakan bahwa saat ini tidak diperlukan. 

"Arus orang yang siap membela Tanah Air kami dengan senjata di tangan tidak berkurang. Bersama dengan relawan, seharusnya ada sekitar setengah juta orang. Tidak ada kebutuhan mobilisasi saat ini," kata Putin.