Kompas TV internasional kompas dunia

Presiden Prancis: Saya Sangat Siap Mengakui Negara Palestina

Kompas.tv - 29 Mei 2024, 11:24 WIB
presiden-prancis-saya-sangat-siap-mengakui-negara-palestina
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, kanan, dan Presiden Prancis Emmanuel pada konferensi pers di Bellevue Place di Berlin, Jerman, Minggu, 26 Mei 2024. Presiden Prancis Emmanuel Macron hari Minggu, 26/5/2024, memulai kunjungan kenegaraan pertama oleh presiden Prancis ke Jerman dalam 24 tahun terakhir. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Vyara Lestari

JAKART, KOMPAS.TV- Presiden Prancis  Emmanuel Macron menyatakan kesiapannya untuk mengakui negara Palestina yang saat ini sedang digempur Israel. Namun hal tersebut baru akan dinyatakan pada waktu pengakuan yang akan "berguna".

"Saya sangat siap untuk mengakui negara Palestina, tapi saya percaya pengakuan itu harus diberikan saat hal tersebut berguna. Saya tidak akan menyatakan pengakuan atas dasar 'emosi' belaka," kata Macron dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz, Selasa (28/5/2024).

Dalam pernyataan yang disiarkan media sosial resmi kepresidenan Prancis itu, ia menegaskan bahwa mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza harus menjadi prioritas saat ini.

Dikutip dari Antara, ia juga mengatakan bahwa Israel harus dengan serta-merta menghentikan operasi militer di Kota Rafah di Gaza selatan, tempat di mana ratusan ribu rakyat Palestina mengungsi dari serangan Israel.

Baca Juga: Israel Klaim Gunakan Munisi Ringan saat Hantam Tenda Pengungsi di Rafah

Hingga Selasa, Palestina baru diakui 11 dari 27 negara anggota Uni Eropa (UE). Delapan negara -- Bulgaria, Siprus, Republik Ceko, Hungaria, Malta, Polandia, Romania, dan Slovakia, sudah mengakui Palestina sejak 1988 sebelum bergabung ke UE. Swedia kemudian mengakui Palestina pada 2014.

Pekan ini, negara anggota UE, Spanyol dan Irlandia, serta Norwegia yang bukan negara anggota UE, resmi mengakui negara Palestina.

Ahad (25/5) lalu, serangan roket Israel ke kamp pengungsi di Kota Rafah menewaskan sekurangnya 40 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya.

Perdana  Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (27/5) menyebut serangan udara ke kamp pengungsi tersebut sebagai "insiden tragis" serta berjanji akan menyelidiki hal tersebut. Padahal, pihak militer Israel menyebut senjata yang mereka gunakan adalah senjata "presisi".

Baca Juga: Padamkan Kerusuhan, Prancis Luncurkan Operasi Besar di Kaledonia Baru

Militer Israel merangsek masuk Kota Rafah pada 7 Mei, tujuh bulan setelah melancarkan agresi besar-besaran ke Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 sehingga menyebabkan eskalasi konflik terbesar di kawasan tersebut dalam beberapa dasawarsa.

Kabinet Israel bertekad untuk terus melanjutkan serangan di Rafah hingga seluruh pejuang Hamas Palestina "musnah".


 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x