WASHINGTON, KOMPAS.TV - Perang tarif Amerika Serikat (AS)-China tampaknya kian panas, setelah Presiden Donald Trump ambil langkah fantastis.
Dikutip dari Associated Press, Trump menaikkan tarif impor China untuk masuk AS mencapai 125 persen pada Rabu (9/4/2025).
Langkah itu diambil Trump beberapa jam setelah China memberlakukan tarif impor untuk barang AS hingga 84 persen.
Baca Juga: Balas Kebijakan Trump, Kanada Resmi Kenakan Tarif 25 Persen atas Mobil Impor dari AS
Dengan alasan kurangnya rasa hormat, Trump membedakan perlakuan terhadap China dengan negara lain.
Ia mengatakan dalam unggahan di media sosial, bahwa ia menghentikan apa yang disebutnya tarif rimbal balik terhadap banyak mitra dagang lainnya karena mereka menanggapi dengan melakukan pembicaraan alih-alih membalas.
Kenaikan tarif yang saling berbalas ini merupakan yang terbaru dalam perang dagang AS-China.
Hal itu mengancam akan menaikkan harga bagi konsumen di AS, diyakini akan menggagalkan upaya China untuk menghidupkan kembali ekonominy yang lesu.
Tanggapan dari Pemerintah China menandakan tekadnya untuk tak tunduk pada tekanan Trump, meski ada risiko.
“Jika AS bersikeras untuk eskalasi lebih lanjut aras pembatasan perdagangan dan ekonominya, China memiliki kemauan kuat dan sarana yang melimpah untuk mengambil tindakan balasan yang diperlukan, dan berjuang sampai akhir,” ujar Kementerian Perdagangan China sebelum kenaikan tarif terbaru.
AS sendiri menegaskan pendirian mereka atas kenaikan tarif fantastis yang ditujukan ke China.
“Saat Anda memukul Amerika Serikat, Presiden Trump akan memukul balik lebih jauh,” tutur Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt
AS sendiri memiliki rekor ekspor ke China tahun lalu, dengan torehan USD199 miliar atau setara Rp3.354 triliun.
Sedangkan China mengekspor barang dan layanan ke AS mencapai USD463 miliar (Rp7.806 triliun).
Baca Juga: Kepercayaan terhadap Ekonomi AS Anjlok, Imbal Hasil Obligasi Melonjak di Tengah Perang Tarif
Menurut Departemen Perdagangan AS, bagi China, Amerika merupakan negara tujuan ekspor terbesar ketiga setelah Meksiko dan Kanada.
Ekspor AS ke China pada 2024, termasuk kacang kedelai, pesawat, farmasi dan semikonduktor.
Sedangkan China mengekspor ponsel, komputer, mainan dan baju dari China.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.