Kompas TV nasional peristiwa

Penyebab Fenomena "Bediding" dan Wilayah yang Terdampak hingga September 2024

Kompas.tv - 5 Juli 2024, 11:17 WIB
penyebab-fenomena-bediding-dan-wilayah-yang-terdampak-hingga-september-2024
Salah satu fenomena Bediding di Dieng, Jawa Tengah sebabkan embun upas (Sumber: Kompastv/Ant)
Penulis : Danang Suryo | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Fenomena "bediding" kembali melanda sejumlah wilayah di Indonesia, ditandai dengan penurunan suhu udara yang drastis pada malam hingga pagi hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan mengenai fenomena ini yang umumnya terjadi pada awal musim kemarau.

Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Ida Pramuwardani menjelaskan bahwa istilah "bediding" berasal dari kata serapan Bahasa Jawa "Bedhidhing" yang merujuk pada perubahan suhu yang mencolok, khususnya di awal musim kemarau.

"Fenomena bediding umum terjadi di Indonesia. Puncaknya terjadi pada musim kemarau terutama pada Juli sampai September," ungkap Ida dikutip dari Kompas.com pada Kamis (4/7/2024).

Penyebab Fenomena Bediding

BMKG mengidentifikasi empat faktor utama penyebab terjadinya fenomena "bediding":

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini: Denpasar dan Surabaya Cerah Berawan, Bandung-Semarang Bakal Hujan

  • Udara Kering: Musim kemarau ditandai dengan kurangnya curah hujan, menyebabkan udara menjadi lebih kering. Udara kering memiliki kapasitas panas yang lebih rendah, sehingga lebih cepat kehilangan panas pada malam hari.
  • Langit Cerah: Minimnya awan pada musim kemarau menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa hambatan, mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan.
  • Topografi: Daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung mengalami suhu yang lebih rendah karena tekanan udara yang lebih rendah dan kelembapan udara yang lebih sedikit.
  • Ketiadaan Angin: Kurangnya pergerakan angin menghambat percampuran udara, menyebabkan udara dingin terperangkap di dekat permukaan bumi.

"Pada musim kemarau, udara cenderung lebih kering karena kurangnya uap air. Udara kering memiliki kapasitas panas yang lebih rendah sehingga lebih cepat kehilangan panas pada malam hari," terang Ida.

Wilayah Terdampak Bediding

Ida menerangkan bahwa fenomena "bediding" pada Juli 2024 sudah melanda beberapa wilayah di Indonesia, terutama di daerah dataran tinggi bagian selatan. Wilayah-wilayah tersebut meliputi:

  • Pulau Jawa
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat (NTB)
  • Nusa Tenggara Timur (NTT)

Baca Juga: Layanan SIM Keliling Dibuka di 5 Lokasi Jakarta Hari Ini Jumat 5 Juli 2024

Meskipun pagi hari terasa lebih dingin di wilayah-wilayah ini, suhu udara pada siang hari cenderung lebih panas. Hal ini disebabkan oleh minimnya awan dan kurangnya uap air yang memungkinkan radiasi matahari langsung mencapai permukaan bumi dengan lebih intensif.

BMKG terus memantau perkembangan fenomena bediding dan menghimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca. Masyarakat dapat mengakses informasi terkini melalui situs resmi BMKG atau aplikasi mobile yang disediakan.


 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x