MEDAN, KOMPAS.TV - Kucing dan anjing adalah hewan peliharaan yang sering ditangkap dan dikonsumsi. Januari lalu, kisah penjagalan kucing sempat viral di Medan, Sumatera Utara.
Doni Herdadu, Ketua Animal Defenders Indonesia mengatakan konsumsi daging kucing dan anjing berpotensi terkena penyakit, seperti dilansir dari Kompas.com, Rabu (03/02/2021) konsumsi daging tersebut di Medan juga tinggi.
"Kalau di Medan, kasus kucing dan anjing (dikonsumsi) jelas tinggi. Untuk kasus daging anjing, Medan buat saya nomor 2, nomor 1 itu Jawa, di Surakarta, Solo Raya. Jakarta itu nomor 3," jelas Doni ketika ditemui di Mapolsek Medan Area pada Selasa (2/2/2021) siang.
Animal Defenders tidak memiliki angka pasti jumlah konsumsi daging kucing di Kota Medan karena dagingnya kurang populer dibanding daging anjing.
Baca Juga: Gubernur Sumatera Utara Sebut Kucing Tidak Untuk Dikonsumsi
Doni mencontohkan, di lokasi jagal kucing di Jalan Tangguk Bongkar, dari informasi yang diterimanya, tempat itu juga dijadikan sebagai usaha katering.
Untuk mendapatkan 1 kg daging dibutuhkan sebanyak 3,5 ekor kucing yang sudah dihilangkan kepala dan isi perutnya.
“Bisa dibayangkan kalau minimal sehari, dia jual 1 kg 70 ribu rupiah. Untuk 1 kg daging kucing yang dihilangkan kepala dan isi perutnya, 1 kucing beratnya paling banyak 300 gram. Maka, untuk 1 kg membutuhkan 3,5 ekor kucing,” jelasnya.
Doni melanjutkan, jika dalam satu hari menjual 1 kg daging kucing maka dalam sebulan hampir 100 ekor kucing dijagal.
Baca Juga: Kasus Dugaan Jagal Kucing, Polisi Periksa Saksi
“Dalam setahun ada 1.200 ekor yang dijagal. Jika 15 tahun, silakan hitung berapa banyak potensi penularan penyakit yang ditimbulkan pada lingkungan,” kata Doni.
Terkait daging kucing yang dianggap sebagai obat asma. Doni mengatakan hal tersebut hanya mitos belaka.
"Itu mitos. Marilah kita edukasi. Asma ada obatnya, bukan makan kucing," pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.