Kompas TV regional sulawesi

Dedolarisasi Perkuat Mata Uang Lokal, Ini Lengkapnya!

Kompas.tv - 30 Juni 2023, 17:03 WIB
Penulis : KompasTV Makassar

KOMPAS.TV - Semenjak eskalasi perang Rusia – Ukraina, sejumlah negara yang tergabung dalam Aliansi Dagang Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan atau BRICS mengaungkan akan mengurangi Dollar Amerika Serikat untuk perdagangan dan investasi atau dedolarisasi.

Lalu Pemerintah Indonesia lebih dahulu melakukan dedolarisasi dengan Malaysia, Thailand, Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan.

Dengan penggunaan mata uang lokal atau Local Current Settlement (LCS) untuk meningkatkan transaksi bilateral diantara kedua negara.

Selain itu, kekuatan ekonomi dunia mulai bergeser seperti perekonomian Amerika yang mulai meredup dan mulai disusul dengan meroketnya pertumbuhan perekonomian China.

Berdasarkan Data International Monetary Fund atau IMF tahun 2000, Product Domestik Bruto (PDB) China hanya 7% dunia, akan tetapi dalam waktu dua dekade Negeri Tirai Bambu ini dapat meningkatkan pdb hingga 19%, sedangkan AS mengalami penurunan dari 20% mendekati 16% dalam kurun waktu yang sama.

Sementara itu, Ekonom Senior Faisal Basri melihat sejumlah negara tidak ingin lagi menggantungkan nasib mereka pada dominasi dollar.

Kerjasama penggunaan mata uang lokal di perdagangan sudah dilakukan Indonesia sejak tahun 2018.

Dimulai dengan kerjasama bersama Malaysia dan Thailand, lalu dengan Jepang 20 Agustus 2020 dan kemudian bersama People Bank Of China pada 6 September 2021, terakhir Indonesia menyepakati LCS dengan Korea Selatan pada awal Mei 2023.

Direktur Celios, Bhima Yudistira menilai sebaiknya Indonesia tidak terlalu gencar menjalin hubungan bilateral untuk melakukan dedolarisasi karena secara tidak langsung akan berdampak.

Sejumlah pengamat sepakat, dedolarasasi yang dilakukan Indonesia masih membutuhkan proses yang panjang.

Dominasi dollar dalam perdagangan dunia mulai kehilangan taringnya.

Sejumlah negara mulai mengurangi dollar dalam transaksi perdagangan mereka.

Indonesia pun tak bole gegabah karena iklim investasi di Indonesia masih dikuasai oleh negara barat.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x