JAKARTA, KOMPAS.TV - Perkara kasus perundungan atau ''bullying'' siswa yang menyeret anak seorang selebritas membuat Binus School Serpong buka suara.
Dalam pernyataan tertulisnya, Pengelola SMA Swasta Internasional di Tangerang Selatan, Banten ini mengatakan tidak akan menoleransi aksi kekerasan baik fisik, psikis, maupun emosional baik di dalam maupun luar sekolah.
Pihak sekolah pun mengatakan sedang menginvestigasi, bahkan seluruh siswa yang terbukti terlibat telah dikeluarkan.
Disiplin tegas juga diberikan untuk siswa yang melihat dan membiarkan aksi perundungan terjadi.
Sementara dari hasil gelar perkara polisi, Selasa (20/2/2024) kasus bullying siswa Binus School Serpong sudah naik ke penyidikan.
Polisi mengantongi keterangan saksi, korban dan keluarganya, serta bukti video perundungan.
Tetapi polisi belum menetapkan pelaku anak dalam kasus ini.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bersama Unit Pelayanan Terpadu Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Tangerang Selatan dan Kemendikbud juga sudah mendatangi warung ibu gaul yang menjadi tempat terjadinya perundungan.
KPAI juga meminta keterangan pihak sekolah dan memastikan hak pendidikan korban dan terduga pelaku.
Tak hanya masuk rumah sakit, korban bullying juga mengalami trauma berat hingga takut keluar rumah.
Meski bukan di lingkungan sekolah dan saat jam belajar, kasus perundungan siswa memang harus menjadi perhatian semua khalayak. Bukan hanya pihak sekolah, namun juga masyarakat.
Tak heran kasus ini menjadi perhatian DPR, khususnya yang membawahi bidang pendidikan. Komisi X DPR mendesak polisi menyelesaikan kasus agar kejadian serupa tak terulang.
Bagaimana sebenarnya psikologi korban perundungan pasca kejadian? dan bagaimana orang terdekat dapat menolongnya agar tak lagi mengalami trauma.
Kami akan membahasnya bersama Psikolog yang juga Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Andik Matulessy.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.