> >

Pemilihan Komisaris yang Tepat Salah Satu Kunci Transformasi BUMN

Advertorial | 2 Juni 2021, 19:16 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir. (Sumber: Dok. Kementerian BUMN)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri BUMN Erick Thohir menanggapi berbagai isu seputar pemilihan komisaris di perusahaan-perusahaan BUMN.

Terbaru, mengenai penunjukan gitaris grup musik Slank, Abdi Negara Nurdin atau lebih dikenal dengan Abdee Slank, sebagai komisaris PT Telkom Indonesia.

Erick menegaskan, pemilihan jajaran komisaris di BUMN dilakukan Kementerian BUMN dengan berbagai pertimbangan yang matang. Penempatan manajemen komisaris yang tepat merupakan salah satu langkah kunci untuk mentransformasi BUMN.

“Cara mentransformasi BUMN, yaitu dengan penempatan manajemen komisaris yang tepat, kedua pemilihan model bisnis yang tepat setelah pandemi, dan terakhir memastikan kesehatan masing-masing BUMN untuk bisa berkompetisi dengan baik. Karena itu, pemilihan komisaris di BUMN itu pasti ada alasannya, misalnya Telkom,” ujar Erick saat menemui awak media di Lobi Kementerian BUMN, Rabu (6/2/2021).

Erick menambahkan, Telkom harus menjadi service company untuk telekomunikasi atau industri digital. Baik Telkom maupun Telkomsel didorong untuk dapat menjadi agregator konten lokal agar tidak kalah saing dengan perusahaan-perusahaan swasta atau asing.

Oleh karena itu, Kementerian BUMN menunjuk komisaris-komisaris Telkom yang berasal dari berbagai kalangan, termasuk Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia periode 2016-2019, Menteri Keuangan Republik Indonesia periode 2014-2016, serta Menteri Riset dan Teknologi Indonesia 2019-2021, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro sebagai Komisaris Utama.

Baca Juga: Selamatkan BUMN Penerbangan, Erick Thohir Minta Garuda Fokus Pasar Domestik

Kementerian BUMN juga menunjuk Pengacara, Bono Daru Adji, dan Abdee Slank sebagai Komisaris Telkom.

“Kemarin yang men-challenge saya adalah kenapa ada perwakilan musisi dari masyarakat, karena kita ingin adanya terobosan dari Telkom dan Telkomsel agar dapat membangun konten lokal dan keduanya harus menjadi agregator konten lokal,” jelas Erick.

“Telkom juga punya Indihome yang di dalamnya banyak channel-channel yang harus diperbaiki, misalnya ketapa kita nggak membuat channel musik unplugged buat musik jalanan yang sekarang terdampak, atau konser virtual untuk musisi Indonesia yang saat ini tidak punya panggung buat bermusik, padahal payment sistemnya bisa. Ini yang saya harapkan. Konteks-konteks pengangkatan itu pasti ada kontroversinya, tetapi percayalah pasti kita berbuat yang terbaik,” lanjutnya.

Erick juga mencontohkan pengangkatan ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj sebagai Komisaris PT KAI. Menurut Erick tidak ada salahnya melibatkan NU dalam membangun ekonomi Indonesia. Hadirnya Said dalam jajaran petinggi PT KAI dinilai positif mengingat ada dua isu besar yang tengah dihadapi industri kereta api di Indonesia.

“Satu isu sosial, seperti pembabasan lahan LRT, Kereta Api Cepat, isu double track kereta api, apakah itu hanya bisa dijelaskan secara ekonomi? Kan tidak, harus ada penjelasan secara sosial. Dan banyak juga aset-aset daripada Kereta Api yang sampai saat ini masih belum maksimal,” kata Erick.

Baca Juga: Erick Thohir akan Kurangi Jumlah Komisaris Garuda Indonesia untuk Efisiensi

Sementara itu, Erick juga mengatakan, tujuan adanya transformasi BUMN adalah untuk menaikan level kedua belas klaster BUMN agar dapat mengikuti jejak klaster Perbankan dan Telekomunikasi.

Baru-baru ini, Himbara dan Telkom berhasil masuk dalam Forbes Global 2000 padahal market perbankan dan telekomunikasi sangat terbuka sehingga persaingan sangat ketat dengan pihak swasta dan asing.

Ia mengatakan, “tujuannya kalau bisa kedua belas klaster ini seperti perbankan dan Telkom dapat memberikan deviden sebanyak-banyaknya supaya Kementerian Keuangan dapat mendapat alternatif income.”

“Sekarang kita punya defisit anggaran yang cukup besar, sehingga kita tidak boleh hanya bergantung di pajak, tetapi ada pemasukan lain misalnya saja di bidang infrastruktur bagaimana untuk membangun infrastruktur itu tidak berdasarkan hutang tetapi juga investasi, kemarin dari Indonesian Investment Authority (INA) sudah mengumumkan telah masuk dana sebesar Rp 54triliun, 25% berasal dari dalam dan 75% dari luar negeri, ada yang dari Belanda, Kanada, dan Uni Emirat Arab,” jelasnya.

Baca Juga: [FULL] Erick Thohir Buka-bukaan Bicara Vaksin, Isu BUMN, hingga Jiwasraya

Efisiensi Jumlah Komisaris

Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Thohir juga berniat untuk melakukan efisiensi jumlah komisaris PT Garuda Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menanggapi isu Garuda Indonesia yang merugi selama pandemi.

“Saya, ingin nanti mengusulkan kalau bisa komisaris Garuda 2 saja. Jangan hanya ada pensiun dini saja tetapi komisarisnya nggak dikurangi, kita akan kurangi nanti. Jadi benar-benar mencerminkan keseriusan Komisaris dan Direksi. Komisaris akan kita kecilin jumlahnya 2-3 orang, itu bagian dari efisiensi, nanti kita lakukan sesegera mungkin, tetapi masih ada RUPS, ini harus berdasarkan RUPS untuk dapat dikecilkan jumlah komisarisnya,” ujar Erick.

Karena krisis yang dialami Garuda Indonesia, Komisaris Garuda Indonesia, Peter Gontha bahkan meminta gajinya untuk ditangguhkan. Erick memuji usulan dari Peter Gontha tersebut.

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU