> >

Akselerasi Pengembangan Energi Terbarukan untuk Masa Depan Bumi Pertiwi

Brandsight | 20 Agustus 2021, 09:00 WIB
Petugas memeriksa panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). (Sumber: Dok. Pertamina)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Seiring penambahan penduduk, penggunaan energi dunia juga terus meningkat. Untuk menggantikan penggunaan energi yang selama ini menjadi tumpuan, dibutuhkan rencana sistematis dan akselerasi pengembangan energi terbarukan.

Dengan sumber daya alam dimiliki, Indonesia memiliki potensi besar beralih ke energi terbarukan. Potensi tersebut di antaranya, panas bumi, bahan bakar nabati, coal bed methane (CBM), tenaga air, surya, dan angin.

Untuk itu, pemerintah memasang target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen yang diharapkan bisa dicapai 2025.

Pertamina sebagai BUMN Energi menegaskan kembali komitmen dan kesiapannya untuk terus mendorong tumbuhnya energi baru terbarukan (EBT).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memastikan pihaknya menerapkan langkah-langkah nyata untuk mendukung pembangunan hijau dan berkelanjutan yang dijabarkan dalam 8 inisiatif transisi energi, selaras dengan target bauran energi terbarukan Indonesia sebesar 23 persen pada tahun 2025 dan 31 persen pada tahun 2050.

“Kami sangat bersungguh-sungguh untuk menjalankan transisi energi yang menjadi tujuan bersama untuk mengurangi pemanasan global dan mencapai keberlanjutan energi,” ujar Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.

Untuk mewujudkan target tersebut, Pertamina melakukan konversi kilang untuk memproduksi green fuel, seperti green diesel, green avtur, dan green gasoline. Di masa depan, sektor transportasi akan diwarnai oleh pertumbuhan Electric Vehicle (EV).

Mengantisipasi tren tersebut, Pertamina ikut berpartisipasi dalam Joint Venture (JV) Indonesia Battery Company yang akan memproduksi baterai 140 GWh pada tahun 2029 dan pada saat bersamaan juga mengembangkan ekosistem baterai EV termasuk bisnis swapping and charging.

Wujud inisiasi strategis ini terlihat pada hadirnya 64 Green Energy Station di area Jakarta dan sekitarnya, dimana 6 diantaranya merupakan unit pilot Charging Station.

Upaya meningkatkan pertumbuhan EBT juga didorong Pertamina dengan pembangunan Pabrik Metanol untuk gasifikasi dengan kapasitas 1000 KTPA yang rencananya on stream pada 2025, serta pembangunan Green Refinery dengan kapasitas 6–100 KTPA pada tahun 2025.

Pertamina, lanjut Nicke, juga menyadari bahwa di masa depan konsumsi energi didominasi oleh listrik. Oleh karena itu melalui anak usahanya, Pertamina Power & NRE juga terus meningkatkan kapasitas pembangkit yang ditargetkan pada tahun 2026 mencapai 10 gigawatt (GW).

Beberapa pembangkit yang mengandalkan EBT, yakni pengembangan Biomassa/Biogas dengan kapasitas 153 MW, Bio Blending Gasoline dan Gasoil, Biocrude dari Alga dan Ethanol 1,000 KTPA on stream pada 2025.

Insiatif EBT lainnya yang dijalankan Pertamina juga mengarah pada pengembangan Dimethyl Ether (DME) dengan kapasitas 5200 KTPA. Pabrik pengolahan batubara menjadi LPG tersebut rencananya akan beroperasi pada 2025.

Pengembangan di sektor EBT ini juga dilakukan Pertamina sepanjang tahun 2020 hingga 2026, yakni meningkatkan kapasitas terpasang pembangkit dari sumber energi lain yang ada di Indonesia meliputi Solar PV ~910 MW, Bayu ~225 MW (2024), dan Hydro ~400 MW.

Salah satu portofolio energi bersih Pertamina adalah geothermal atau panas bumi. Upaya Pertamina saat ini yaitu peningkatan kapasitas geothermal, di mana pada tahun 2020 total kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE adalah 1.877 MW, yang terdiri dari 672 MW serta dioperasikan langsung oleh PGE dan 1.205 MW melalui Joint Operation Contract (JOC). Pada tahun 2030, total kapasitas terpasang ditargetkan bisa mencapai 2.745 MW.

Untuk mengoptimalkan wilayah kerja geothermal, Pertamina Geothermal Energy yang mengelola 15 wilayah kerja telah memulai inisiatif pemanfaatan green hydrogen yang akan menggunakan listrik dari lapangan geothermal Pertamina dengan total potensi 8.600 kilogram hidrogen per hari.

Dalam captive market Pertamina, gas bumi akan dioptimalkan untuk proyek gasifikasi di Kilang RU IV Cilacap, Kilang Balikpapan, dan pemenuhan gas bumi ke RU Balongan guna efisiensi energi. Selain itu, upaya pengurangan emisi juga dilakukan melalui penggunaan bahan bakar LNG pada kapal milik Pertamina.

Program jaringan gas rumah tangga juga terus didorong. Pertamina melalui PT Perusahaan Gas Negara Tbk sebagai Subholding Gas telah mengelola jargas sebanyak lebih dari 530 ribu Sambungan Rumah (SR) dan ditargetkan dapat terus bertumbuh sesuai target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yaitu 4,7 Juta SR pada tahun 2025, bahkan lebih.

Selain itu, sebagai bentuk dukungan terhadap langkah Pemerintah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, Pertamina juga telah menerapkan Circular Carbon Economy di beberapa area dengan melakukan pola 3R; Recycle (Biomassa, Biogas), Reduce (Solar PV, EV, LNG Bunkering), dan Reuse (CO2 untuk EOR dan metanol).

Dorong masyarakat gunakan energi ramah lingkungan

Tak hanya dalam skala besar, Indonesia memiliki potensi daya kecil di desa-desa. Sampah, misalnya, bisa diubah menjadi biogas. Selain itu, masih ada potensi sumber daya lain seperti kelapa sawit dan kotoran hewan yang jika diolah dengan benar, dapat dimanfaatkan menjadi energi.

Pertamina mengajak desa-desa untuk memanfaatkan sumber daya energi terbarukan yang lebih terjangkau dan berkelanjutan melalui program Desa Mandiri Energi, salah satunya di Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Melalui program E-mas Bayu (Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin), Pertamina membangun jaringan listrik yang tidak masuk ke jaringan listrik PLN. Selain itu, masih ada program E-mbak Mina atau Energi Mandiri Tambak Ikan.

Program ini bertujuan memenuhi kebutuhan dasar listrik masyarakat daerah pedalaman yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat.

Masyarakat di Dusun Bodan telah merasakan dampak positif yang dihasilkan program Desa Mandiri Energi. Energi mandiri yang berasal dari tenaga surya dan angin kini sudah mengaliri setidaknya 98 persen dari wilayah desa, termasuk 78 rumah tangga dan fasilitas publik.

Dusun Bondan mampu menjadi kawasan mandiri energi terbarukan yang mampu menghasilkan daya sebesar 12.000 WP.

Tak hanya itu, dengan E-mbak Mina, masyarakat juga bisa menghasilkan 160 kg bandeng, 50 kg udang, 20 kg kepiting per bulan, serta menginisiasi kegiatan ekonomi kreatif, yaitu Ibu Mandiri dan Ibu Mekar Jaya.

Dengan binaan dari Pertamina, peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat bisa dicapai. Selain itu, program Desa Mandiri Energi juga memiliki dampak signifikan terhadap ketahanan pangan lokal, konservasi lingkungan melalui pengolahan limbah organik, serta pemanfaatan energi terbarukan.

Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, dukungan terhadap program-program pengembangan energi baru dan terbarukan akan terus dilakukan.

Pasalnya, program ini telah terbukti berkontribusi besar dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-7 dan 8 tentang energi bersih dan terjangkau, serta mendorong pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

“Pengembangan energi terbarukan merupakan komitmen Pertamina mendukung Pemerintah untuk meningkatkan bauran energi dan mempersiapkan transisi energi  di masa depan, sebagai aksi meminimalkan perubahan iklim sebagai bagian dari implementasi ESG (Environment, Social, dan Governance) yang mendukung upaya pengembangan bisnis energi yang berkelanjutan,” pungkas Fajriyah.

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU