> >

Mogok Produksi karena Harga Kedelai Naik, Produsen Tahu Tempe: Kita Nyerah! (1)

Bbc indonesia | 22 Februari 2022, 12:52 WIB
Suasana di area pabrik tahu tempe saat perajin menghentikan produksi di Sentra Industri Tahu dan Tempe di Karamatwatu, Serang, Banten, Senin (21/2/2022). (Sumber: Antara Foto/Asep Fathulrahman)

Perajin tahu dan tempe mogok produksi mulai Senin hingga Rabu (23/02) mendatang, karena sulit mendapat keuntungan di tengah tingginya harga kedelai dunia. Mereka menuntut intervensi pemerintah menstabilkan harga.

Hal serupa diserukan petani kedelai, yang lebih dari dua dekade terguncang harga kedelai global.

Seorang guru besar pertanian dari IPB menilai persoalan ini bisa diatasi selama ada kemauan dari pemerintah.

Namun, pemerintah Indonesia mengambil langkah pendekatan pada importir untuk mengamankan persediaan kedelai.

Ahmad Saihu, perajin tempe di Tangerang, Banten mengaku belakangan ini bingung membanderol harga tempe.

Sebab, harga kedelai sudah melambung hingga menyentuh Rp12.000 dari semula Rp9.500 per kilogram dalam beberapa bulan terakhir.

"Bukan kaget lagi. Kacau," kata Ahmad kepada BBC News Indonesia, Senin (21/02).

Ahmad kemudian mengambil bagian dari aksi mogok produksi tahu dan tempe mulai 21 hingga 23 Februari mendatang bersama perajin tempe dan tahu se-Jawa.

Aksi mogok produksi ini sudah direncanakan jauh-jauh hari saat harga kedelai merangkak ke angka Rp10.000 per kilogram.

Tapi saat itu, para perajin tahu dan tempe masih bisa bertahan mesti mendapat keuntungan kecil.

"Kalau sudah sampai Rp11.000, sudah angkat tangan. Kita nyerah! Sekarang ini momen sudah nyerah. Ya, mau nggak mau bikin action gitu," lanjut Ahmad.

Sementara, mogok produksi juga terjadi di perajin tahu tempe Karisma Pangan di Jakarta Barat.

Pemiliknya, Abu Ajis Kurniawan mengatakan, untuk menyiasati harga pasaran pihaknya sudah "mengecilkan ukuran produk tahu tempe, menaikan harga jual tahu tempe".

Namun upaya itu mendapat penolakan dari pasar yang berimplikasi terhadap "turunnya jumlah produksi sekitar 30% sampai 40%".

"Tahun ini tidak tahu harus bagaimana lagi, mengecilkan atau menaikan harga jual kembali sudah tidak mungkin, karena tahu dan tempe tidak seperti daging atau lainnya jika ada kenaikan bahan baku harga jual produk bisa naik," kata Abu Ajis.

Disubsidi

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : BBC


TERBARU