> >

Belasan WNI Meninggal di Tahanan Imigrasi Malaysia, Salah Satunya Diduga Alami Penganiayaan

Bbc indonesia | 28 Juni 2022, 04:25 WIB
Ilustrasi tahanan. Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) melaporkan sebanyak 18 WNI meninggal dunia di Depot Tahanan Imigrasi Tawau, Sabah, Malaysia, sejak Januari 2021 sampai Maret 2022. (Sumber: Getty Images via BBC Indonesia)

Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) melaporkan sebanyak 18 WNI meninggal dunia di Depot Tahanan Imigrasi Tawau, Sabah, Malaysia, sejak Januari 2021 sampai Maret 2022.

Salah satunya diduga mengalami penganiayaan sebelum meninggal dunia, ungkap laporan itu.

Laporan itu juga menyebut, KBMB menemukan ada beberapa kasus dugaan "bentuk hukuman tidak manusiawi" dan "penyiksaan" yang dialami deportan WNI di tahanan Imigrasi Tawau, Malaysia.

Konsulat RI di Tawau mengatakan akan memeriksa kembali penyebab kasus kematian seorang WNI, yang sebelumnya dilaporkan terjadi karena serangan jantung.

Sementara, Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta menyebut, kematian yang terjadi di depot tahanan imigrasi kebanyakan disebabkan Covid dan penyakit serius lainnya.

'Seperti di neraka'

Dalam laporan berjudul Seperti di Neraka: Kondisi Pusat Tahanan Imigrasi di Sabah, Malaysia, tim pencari fakta (TPF) KBMB mewawancarai beberapa deportan asal Indonesia.

Upaya ini dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi pada Suardi, salah-seorang WNI, yang diduga meninggal akibat dianiaya di tahanan Imigrasi Malaysia di Tawau, Sabah.

Mereka mewawancarai para deportan, salah-satunya adalah saudara kandung mendiang, yang berada di satu blok tahanan dengan Suardi.

Para saksi itu mengatakan Suardi dipukul ramai-ramai oleh petugas Depot Tahanan Imigresen (DTI), di hadapan tahanan lainnya.

Suardi, dengan kondisi tubuhnya yang terluka, kemudian dimasukkan ke dalam sel isolasi, dengan tangan diborgol. Dia kemudian dinyatakan meninggal dunia pada awal Januari 2021.

Selain kasus Suardi, hasil penyelidikan KBMB menyimpulkan ada dugaan "bentuk hukuman tidak manusiawi" hingga dugaan "penyiksaan" di sana.

"Berbagai bentuk penghukuman dan perlakuan tidak manusiawi, bahkan penyiksaan terjadi di pusat tahanan imigrasi yang merupakan suatu institusi yang tertutup, institusi yang terisolasi.

"Jarang sekali orang bisa mengakses realitas yang terjadi di dalam, sehingga mereka secara tidak langsung dilindungi oleh ketertutupan itu, tidak banyak orang yang tau," kata Abu Mufakhir, anggota TPF KBMB melalui sambungan telepon kepada BBC News Indonesia, Minggu (26/06).

Konsul RI di Tawau: 'Kita akan telusuri lagi...'

Konsul RI di Tawau, Heni Hamidah, mengatakan, pada Senin (27/06), pihaknya akan mencocokkan data dengan depot tahanan, terkait dugaan penganiayaan yang dialami Suardi sebelum meninggal dunia.

Sebab, dalam laporan yang dia dapat tahun lalu, penyebab kematian Suardi adalah serangan jantung.

"Kita akan telusuri lebih lanjut. Saya enggak tahu sebetulnya pihak KBMB ini infonya dari mana, kalau berdasarkan file tertulis di kita, almarhum meninggalnya karena heart attack.

"Ini mau kita cek juga dengan depot," kata Heni kepada News BBC Indonesia.

Apa tanggapan pemerintah Malaysia?

Menanggapi temuan KBMB, Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, dalam keterangan tertulisnya, mengatakan total ada 149 tahanan asal Indonesia yang meninggal dunia di Depot Tahanan Imigrasi di seluruh Sabah.

Semuanya, disebabkan oleh penyakit, mulai dari Covid-19, sampai penyakit serius seperti kegagalan fungsi organ dan serangan jantung.

Penyataan itu membuat KBMB terkejut karena jumlah kematian WNI di DTI tenyata lebih tinggi dari yang mereka duga.

Heni juga mengatakan akan melakukan verifikasi lagi ke pihak DTI terkait jumlah kematian yang sebenarnya.

Baca juga:

Akses terbatas, pemukulan bukan isu baru

Anggota tim pencari fakta KBMB Abu Mufakhir mengatakan akses terbatas ke DTI membuat dugaan kekerasan di dalamnya sulit terkuak.

Pasalnya, kata dia, pihak-pihak yang bisa masuk ke Depot tahanan hanya PBB, Palang Merah Internasional, dan Suhakam atau Komnas HAM Malaysia.

"Kami beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk bertemu para deportan sejak hari pertama mereka dideportasi, sehingga kami mendapatkan banyak cerita tentang berbagai bentuk kekerasan dan pelanggaran HAM yang terjadi di detensi, yang dialami oleh mereka sendiri, yang bahkan menyebabkan beberapa orang kehilangan anggota keluarganya," ujar Abu.

Mantan Ketua Suhakam Jerald Joseph mengakui temuan KBMB di DTI Tawau ini bukanlah yang pertama kali dia dengar.

"Malangnya, apabila mereka mengalami penyiksaan di dalam depot imigresen, mereka tidak berpeluang membuat komplain, sebab telepon mahal, tidak ada orang yang datang untuk menerima informasi.

"Dan mungkin juga mereka agak takut," kata Jerald dalam acara Peluncuran Laporan Tim Pencari Fakta Koalisi Buruh Migran Berdaulat, Sabtu (25/06).

Penulis : Redaksi-Kompas-TV

Sumber : BBC


TERBARU