> >

Energi Baru Terbarukan Terus Dikembangkan, Indonesia Tak Akan Tinggalkan Industri Migas

Kebijakan | 29 November 2021, 13:22 WIB
Ilustrasi - pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan, tidak akan meninggalkan industri hulu minyak dan gas bumi. (Sumber: Dok. Pertamina)

Angka emisi itu lebih rendah dibandingkan batu bara yang mencapai 1.001 gram karbon dioksida per kWh dan minyak bumi sebesar 840 gram karbon dioksida per kWh

Industri hulu migas yang pada mulanya didesain untuk menghasilkan manfaat berupa penerimaan negara secara maksimal, kemudian dikembangkan menjadi salah satu mesin penggerak kegiatan penunjangnya, seperti perbankan, perhotelan dan sebagainya.

Berdasarkan perhitungan umum, Arifin menyebutkan, setiap investasi sebesar satu dolar AS menghasilkan dampak senilai 1,6 dolar AS yang dapat dinikmati oleh industri penunjangnya. Itu sebabnya, industri hulu migas terutama gas alam akan menjadi penyokong transisi energi di Indonesia.

Pada intinya, pemerintah Indonesia akan mengembangkan gas untuk menggantikan energi batu bara yang lebih banyak menghasilkan karbon dan meningkatkan konsumsi gas alam secara signifikan di masa depan.

"Lapangan-lapangan migas tetap perlu dikembangkan. Potensi yang ada juga harus digali untuk menjamin penyediaan energi di masa depan. Bahkan potensi lapangan-lapangan migas non konvensional juga harus digali, demi pemenuhan kebutuhan masa depan," tuturnya.

Menurut  perhitungan Kementerian ESDM, cadangan gas alam di Indonesia mencapai 62,4 triliun kaki kubik dengan cadangan terbukti sebanyak 43,6 triliun kaki kubik.

Baca Juga: EBT Terus Tumbuh, Gas Bumi Tetap Diprediksi Jadi Sumber Utama Energi Nasional hingga 2050

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Antara


TERBARU