> >

Waspada! Ramai Jadi Prank di TikTok, Vhising Ternyata Modus Penipuan

Ekonomi dan bisnis | 13 Juli 2022, 05:52 WIB
Ilustrasi modus penipuan vishing atau voice phishing, yang kini tengah ramai dijadikan lelucon di TikTok. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Perusahaan keamanan siber, Kaspersky, meminta warganet waspada terhadap "vishing" atau voice phishing, penipuan yang kini sedang dijadikan lelucon di TikTok.

Hal ini sedikit berbeda dengan "phising" yaitu penipuan untuk mendapatkan informasi atau data sensitif, seperti nama lengkap, password, dan informasi kartu kredit/debit, dan lainnya, melalui media elektronik dengan menyamar sebagai sosok/pihak yang dapat dipercaya.

Skema vhising, dalam beberapa konten, ditemukan pengguna memakai mesin penjawab untuk meniru petugas layanan pelanggan (customer service). Pengguna pun mengerjai teman mereka, dengan mengatakan ada penarikan uang dalam jumlah besar dari rekening bank orang tersebut.

"Saya sering menemukan video di TikTok tentang blogger yang mengerjai orang lain dengan menelepon dan memberitahu bahwa rekening mereka akan didebet ribuan dolar. Korban percaya dan menjadi panik karenanya," kata Pakar Keamanan di Kaspersky Roman Dedenok, seperti dikutip dari Antara, Rabu (13/7/2022).

Apa yang ditunjukkan di TikTok sebenarnya hanyalah prank atau aktivitas mengerjai teman. Tapi, praktik seperti ini sebenarnya berasal dari modus kejahatan vishing. Penipu menggunakan mesin penjawab otomatis supaya terkesan korban sedang berbicara dengan petugas layanan konsumen sungguhan.

Baca Juga: Biar Belanja Aman, Simak Tips Terhindar Penipuan Online Shop

Skema vishing biasanya berawal dari email. Korban dikirimi surat elektronik bahwa ada penarikan sejumlah uang dari akun mereka.

Jika pada phishing korban diminta mengklik tautan, pada  penipuan vhising korban diminta segera menelepon nomor layanan pelanggan yang tertera.

Kaspersky menilai, dengan vishing, korban bisa saja terperdaya karena penipu berupaya membuat situasi ini sangat mendesak. Saat mereka kehilangan fokus karena situasi mendesak, penipu akan meminta korban memberikan data pribadi seperti nomor kartu kredit supaya transaksi tersebut batal.

"Ketika orang dihadapkan dengan penipuan telepon, mereka rata-rata dipengaruhi oleh banyak kondisi dalam satu waktu. Panggilan telepon seperti itu akan membuat kaget. Mereka tidak dapat menilai dengan jelas siapa yang ada di ujung panggilan, apakah itu seorang penipu, penjahat, atau pekerja asli di bank,” ujar Dedenok.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Antara


TERBARU