> >

Rencana Pemerintah Naikkan Harga BBM saat Harga Minyak Dunia Turun Dipertanyakan

Kebijakan | 24 Agustus 2022, 19:40 WIB
Ilustrasi. Anggota Komisi XI DPR RI dari Partai Gerindra, Kamrussamad. (Sumber: Kamrussamad via Antara)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Kamrussamad mempertanyakan rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Kamrussamad berargumen, pemerintah justru berencana menaikkan harga BBM saat harga minyak dunia sedang turun.

Kamrussamad menyampaikan, selama sepekan terakhir, minyak mentah berjangka Brent bernilai di level 96,72 dolar AS per barel, naik 13 sen. Sementara West Texas Intermediate AS naik 27 sen menjadil 90,77 dolar AS per barel.

"Dua hal itu menunjukkan minyak dunia mengalami penurunan 1,5 persen pada pekan ini," kata politikus Partai Gerindra itu melalui keterangan tertulis yang diterima Antara, Rabu (24/8/2022).

Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan telah mewanti-wanti bahwa Presiden Joko Widodo kemungkinan akan mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi pada pekan ini.

Jenis BBM bersubsidi yang harganya naik rencananya adalah pertalite dan solar. Nominal kenaikan tersebut belum jelas, tetapi Luhut menyebut kebijakan itu demi menekan biaya subsidi energi pemerintah yang mencapai Rp502 triliun.

Baca Juga: Harga BBM Subsidi Diisukan Naik Pekan Ini, Apa Penyebabnya?

Kamrussamad pun meminta pemerintah tidak gegabah mewacanakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Menurutnya, APBN 2022 masih memiliki alokasi memadai untuk menanggung biaya subsidi BBM.

"Opsi penaikan harga BBM subsidi bukanlah pilihan yang tepat saat ini," kata anggota Komisi XI DPR RI tersebut.

Di sisi lain, Kamrussamad menyebut APBN Perubahan 2022 telah mengubah asumsi Indonesian Crude Price (ICP) yang sebelumnya 63 dolar AS per barel menjadi 100 dolar AS per barel. Perubahan itu diikuti dengan peningkatan alokasi APBN untuk subsidi BBM.

"Di tengah harga minyak dunia yang sedang turun di bawah 100 dolar AS per barel, padahal asumsi ICP dalam APBN di angka 100 dolar AS per barel adalah hal yang sangat aneh, kalau pemerintah berencana menaikkan harga BBM subsidi," katanya.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Antara


TERBARU