Indonesia dan China Minta G20 Ringankan Utang Negara Miskin
Ekonomi dan bisnis | 16 November 2022, 07:11 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden China Xi Jinping menyerukan agar lembaga keuangan dan kreditur komersial internasional, harus ikut serta dalam pengurangan dan penangguhan utang negara-negara berkembang.
Dalam KTT G20, Selasa (15/11), Jinping menyampaikan bahwa IMF harus mempercepat penerusan pinjaman (on-lending) Hak Penarikan Khusus (Special Drawing Rights/SDR) kepada negara-negara berpenghasilan rendah.
Ia meminta IMF meniru apa yang dilakukan China.
"China mengimplementasikan Inisiatif Penangguhan Layanan Utang (Debt Service Suspension Initiative/DSSI) G20 dalam segala hal," kata Jinping seperti dikutip dari Antara.
"China juga telah menangguhkan pembayaran utang dalam jumlah terbesar di antara semua anggota G20," katanya.
Baca Juga: Jokowi: G20 Tak Boleh Gagal, Kelangkaan Pupuk Jangan Disepelekan
Ia menyebut, China bekerja dengan beberapa anggota G20 dalam penanganan utang di bawah Common Framework for Debt Treatment di luar program DSSI, sehingga membantu negara-negara berkembang yang relevan melewati masa-masa sulit.
Hal serupa juga disampaikan oleh Indonesia. Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI Wempi Saputra mengatakan, total utang negara miskin kini mencapai 12,9 miliar dolar AS akibat pandemi COVID-19.
Konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 diharapkan segera memutuskan restrukturisasi utang ini.
“Ini untuk mempercepat pemulihan ekonomi global khususnya bagi negara miskin,” ujar Wempi.
Ia mengatakan, hingga sekarang telah ada sekitar 48 negara miskin yang sudah mendapat keringanan penundaan pembayaran utang, namun penundaan bukan sebuah solusi karena tetap ada dan harus diselesaikan.
Baca Juga: Buka KTT G20, Jokowi Diapit Dua Perempuan yang Berperan Besar Sukseskan Presidensi Indonesia
Oleh sebab itu, Indonesia sebagai Presidensi G20 harus menjadi fasilitator bagi negara-negara miskin agar bisa mendapat solusi terhadap pembayaran utang mereka.
Apalagi pandemi yang berkepanjangan telah menyebabkan pelemahan perekonomian pada sejumlah negara terutama bagi negara miskin.
"Tekanan inflasi yang tinggi serta perlambatan ekonomi telah menyebabkan Zambia, Chad, dan Etopia, mengalami kesulitan untuk membayar utang. Tak heran bila pemulihan ekonomi menjadi tersendat,” tutur Wempi yang juga merupakan Direktur Eksekutif Bank Dunia ini.
Ketiga negara tersebut, lanjutnya, sedang menjalani program penyelesaian utang atau disebut common framework for debt treatment dan mereka menjadi proyek percontohan untuk penyelesaian utang bagi negara miskin.
“Bila ini berhasil maka program ini bisa diberlakukan bagi negara lainnya,” ujarnya.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu G20 dan Apa Manfaatnya untuk Indonesia
Selain masalah utang, kata dia, Indonesia juga mendorong negara-negara maju untuk membantu pembangunan infrastruktur di negara miskin seperti melalui peningkatan kapasitas.
Dorongan itu dilakukan karena krisis global telah menghancurkan sendi-sendi perekonomian semua negara, sehingga semakin menyulitkan mereka untuk membangun infrastrukturnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Antara