> >

Sentil Bulog dan Kementan soal Data Stok Beras, Jokowi: Hati-hati Larinya Bisa ke Isu Sosial-Politik

Ekonomi dan bisnis | 7 Desember 2022, 08:17 WIB
Pekerja memeriksa stok beras di gudang Bulog Sub divre Indramayu, Jawa Barat, Kamis (9/12/2021). Presiden Joko Widodo meminta jajarannya untuk menghitung pasukan beras yang dimiliki Indonesia dengan cermat. (Sumber: Antara)

Selain itu, Buwas mengatakan bahwa Bulog tidak bisa terus menerus membeli beras di tingkat produsen dengan harga yang tinggi mengikuti mekanisme pasar karena akan menyebabkan inflasi.

Baca Juga: 500 Ton Beras Bulog Hilang Setelah Dipinjamkan ke Swasta, Buwas Akan Tempuh Jalur Hukum

Oleh karena itu menurutnya perlu dilakukan langkah alternatif dengan segera untuk memenuhi target stok CBP 1,2 juta ton pada akhir tahun.

Namun menurut pihak Kementerian Pertanian (Kementan), pasokan beras nasional sebanyak 8,05 juta ton masih cukup hingga akhir tahun.

Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Ismail Wahab menjelaskan pasokan tersebut tersebar di rumah tangga, penggilingan, hotel restoran dan kafe (horeka), pedagang dan bulog.

"Juni ada 9,7 juta ton tersebar di rumah tangga, penggilingan, horeka dan bulog," ujar Ismail dalam konferensi pers daring, Jumat (18/11).

"Kami kurangi dengan kondisi awal dari hasil survei di Juni, maka pada akhir 2022 kita akan punya stok 8,05 juta ton beras. Ini data yang kami hasilkan dari hasil survei dan hasil data BPS," ucapnya.

Berdasar data tersebut, Ismail mengakui pasokan yang dimiliki tahun ini memang menurun dibanding 2021 dengan periode yang sama. Data BPS juga mengungkapkan stok cadangan beras nasional periode April juga lebih tinggi dan mencapai 10,15 juta ton.

Namun, saat ini masih terdapat potensi gabah kering panen (GKP) hingga 62,77 kuintal per hektar dan gabah kering giling (GKG) kuintal per hektar.

Baca Juga: Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian: 52 Pemda Tak Serius Atasi Inflasi

"Nilai ini lebih tinggi dari 2021, pada 2021 hanya 52,26 kuintal per hektare," ujarnya.

Sementara Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menyatakan, wacana opsi impor beras mesti dihentikan. Kebijakan ini menimbulkan polemik lantaran data stok beras antara yang dimiliki Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Kementerian Pertanian (Kementan) berbeda. 

“Saya menolak wacana impor beras yang diutarakan Bulog. Sebab, klaim data Kementan menunjukkan produksi dalam negeri masih cukup dan meminta Bulog mengoptimalkan menyerap produksi dari petani. Selama ini, penyerapan dari Bulog selalu tidak memenuhi target," kata Johan dikutip dari laman resmi DPR RI, Kamis (24/11/2022).

Menurutnya, adanya perbedaan data stok beras di Indonesia ini menandakan kerja antar instansi pemerintah kurang harmonis, Sehingga, kebijakan impor beras yang diambil bisa tidak akurat, bahkan merugikan para petani Indonesia.

Adapun berdasarkan keputusan rapat di Komisi IV DPR RI, lanjutnya, menugaskan Bulog untuk menyerap beras petani lokal dengan harga komersial sebanyak 600.000 ton. Selain itu, informasi Kementan  bahwa stok beras cukup dan tersedia untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Baca Juga: Sejarah KA Argo Parahyangan: Beroperasi Sejak 1971, Mau "Disuntik Mati" demi Kereta Cepat

“Persoalan rendahnya penyerapan produksi petani oleh Bulog ini harus dievaluasi. Jangan sampai ini malah dijadikan alasan untuk melakukan impor beras” ujarnya.

Wakil rakyat daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat I ini meminta Bulog memprioritaskan produksi dalam negeri terutama penyerapan gabah petani. Ia pun menekankan, jangan sampai pemerintah melakukan impor beras karena harga beras di pasar internasional sedang tinggi.

Ia juga mengkritik kinerja penyerapan oleh Bulog, di mana tren realisasi pengadaan beras dalam negeri hingga kini selalu menurun setiap tahun. Sebagai contoh, penyerapan tahun 2018 bisa mencapai 1,4 juta ton. Tahun 2019 mencapai 1,2 ton hingga konsisten menurun pada saat semester I tahun 2022, sekitar 550 ton.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU