> >

Syekh Ahmad Surkati: Dari Sudan Jadi Ulama Pembaharu Islam dan Mendirikan Al-Irsyad di Indonesia

Risalah | 19 April 2022, 12:30 WIB
Sosok Syekh Ahmad Surkati, ulama pembaharu dari Sudan yang mendirikan Al-Irsyad (Sumber: Al-Irsyad.or.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Meskipun lahir di Sudan, Syekh Ahmad Surkati begitu mencintai Indonesia. Ia adalah ulama pembaharu Islam, sekaligus sosok yang keras menolak penjajahan Belanda.

Bung Karno menyebut sosok ini sebagai salah satu ulama yang mendorong kemerdekaan Indonesia.

"Almarhum (Syekh Akhmad Surkati) telah ikut mempercepat lahirnya gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia,” kata Bung Karno saat wafatnya Ahmad Surkati dikutip dari situs resmi Al-Irsyad. 

Sosok ini sendiri lahir di Udhfu, Dongala, Sudan pada 1291 H/1874 M. Ia lahir dari keluarga ulama. Sedari kecil ia sudah digembleng agama hingga pada usia 22 tahun, ia menimba ilmu di Madinah.

Gurunya adalah ulama terpandang seperti Syaikh Shalilh Hamdan Al-Maghribi dan Syeikh Ahmad Ahmad Al-Barzanji dan lain-lain. Ia pun menguasi banyak ilmu terkati syariah, fiqih, ilmu alat dan pemikiran.

Lantas, ia pergi ke Makkah untuk lebih mendalami agama selama 11 tahun hingga mendapatkan gelar Allamah, artinya seorang yang memiliki ilmu tinggi. 

Sosok ini dikenal berilmu luas dan pengaruhnya cukup besar dalam dakwah, apalagi namanya didengar sampai ke Indonesia, khususnya di jaringan Alawiyin, komunitas Arab yang ada di Indonesia.

Pada 1330/1911, ia datang ke Nusantara (Batavia) atas undangan dari Jamiat Khair, sebuah organisasi pendikan yang didirikan oleh Rabithah Alawiyah dan ia pun mengajar di Batavia.

Di Jamiat Khair, ia mengajar dan hanya bertahan tiga tahun. Lantas keluar karena perbedaan pandangan dan politik. Namun, dari situ gerakan dan gagasan pembaharuannya justru berkembang.

Baca Juga: Jejak dan Pengaruh Hamzah Fansuri, Sastrawan dan Ulama Tasawuf Abad ke-16

Di Batavia, Mengajar dan Jadi Pembaharu Islam

Dikutip dari buku Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (2006) karya Prof. J. Suyuthi Pulungan, Ahmad Surkati adalah ulama yang datang dari luar Indonesia dan membawa gagasan pembaharuan di Indonesia.

Gagasannya diterima di tengah kejumudan dan pergolakan pemikiran Islam yang begitu kuat di zaman itu.

“Dari negara Sudan, Ahmad Surkati datang dengan membawa gagasan rasional,” tulisnya hal.267.

Di Batavia pula, ia mengajar dan mendapatkan banyak pengikut. Gagasan rasional Ahmad Surkati tentang pembaharun Islam cukup digemari oleh khalayak saat itu.

Mendirikan Al-Irsyad

Pada 15 Syawal 1332 atau 6 Septmber 1914, Ahmad Surkati mendirikan organisasi yang disebut Al-Irsyad Islamiyah, sebuah organisasi yang bergerak di bidang Pendidikan dan kegiatan keagamaan.

Sejarah mencatat, dalam perkembangannya, Al-Irsyad mendirikan banyak sekolah dan pendidikan agama di Indonesia, serta menyebarkan gerakan pembaharuan di Indonesia.

Lantas, apakah Al-Irsyad hanyalah organisasi bagi keturunan Arab?

Pada umumnya, anggota organsiasi Al-Irsyad terdiri atas orang Indonesia keturuna Arab yang berasal dari Hadrami atau Hadramaut.

Menurut Prof J. Suyuthi Pulungan anggapan ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar sebab anggota di dalamnya juga tidak semua Arab. Bahkan, dalam peraturan organisasi juga tidak demikian.

Namun, satu hal yang membuat jejak pengaruhnya kuat adalah, ia menjadi trio pembaharu Islam di Indonesia bersama dengan Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah) dan A. Hassan (Pendiri Persis).

Gagasan ketiganya tentang kejumudan berpikir Islam dan pembaharuan Islam memiliki pengaruh kuat hingga kini dalam sejarah tumbuh kembang peradadan Islam di Indonesia.

“Ar-Isyad di masa-masa kelahirannya dikenal sebagai kelompok pembaharu Islam di Indonesia, bersama Muhamamadiyah dan Persatuan islam (persis),” tulis Prof J. Suyuthi

Dimakamkan Apa Adanya, Amalnya Abadi

Ahmad Surkati tutup usia pada hari Kamis, 6 September 1943, jam 10.00 pagi, di kediaman ia Jalan Gang Solan (sekarang Jl. KH. Hasyim Asy'ari no. 25) Jakarta.

Ia wafat tepat 29 tahun setelah ia mendirikan Al-Irsyad dan membuat organasisi ini dikenal sebagai salah satu organisasi Islam besar yang melakukan pembaharuan Islam.

Jenazahnya diantar ke Pekuburan Karet, Jakarta, tanpa batu nisan atau apa pun. Hal ini sesuai dengan wasiatnya sebelum wafat yang ingin dimakamkan apa adanya.

Jejaknya begitu kuat dengan banyaknya sekolah, pesantren maupu rumah sakit Al-Irsyad. Pada masa revolusi, ia termasuk salah satu ulama yang keras pada penjajah dan jadi pembaharu Islam yang kian memperkaya khazanah peradaban Islam di Indonesia. Amalnya abadi hingga kini. 

Baca Juga: Sosok dan Jejak Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Ulama Kharismatik NTB, Pendiri Nahdlatul Wathan

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU