Kisah Kampung Ketupat, Raih Cuan Jutaan dan Berkah Ramadan Jelang Idulfitri 2022
Cerita | 30 April 2022, 06:20 WIBLEBAK, KOMPAS.TV – Dari mana datangnya ketupat yang kita santap saat Idulfitri? Bisa jadi, ketupat tersebut datang dari kampung ketupat ini.
Kampung ketupat in berada di kampung Ranca Wiru, Desa Sukemarsari, Kecamatan Kalanganyar, Lebak, Banten. Di kampung ini, hampir seluruh warga kampung adalah perajin ketupat.
Jika Anda datang ke kampung ini di pertengahan Ramadan, misalnya, maka dengan mudah menemukan para warga sepanjang jalan desa sedang duduk-duduk di teras rumah. Jemari mereka akan beradu lihai dalam melipat daun kulit kelapa muda, serta menganyamnya jadi ketupat.
Lantas, ketupat-ketupat ini nantinya akan dikirimkan ke pelbagai tempat dan diburu oleh para warga yang ingin menghidangkan ketupat untuk Lebaran Idulfitri.
Hasilnya, bagi para warga kampung ini, ternyata begitu menguntungkan. Keuntungannya bisa puluhan juta. Ketupat-ketupat itu lantas dikirimkan dari pelbagai daerah, mulai Rangkasbitung hingga Pondok Labu, Jakarta Selatan; dan Serpong, Tangerang.
Seperti dilaporkan jurnalis Kompas TV Deden Kurniawan, para warga kampung ini sudah menjadi perajin ketupat sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Aktivitas ini sekaligus menjadi tradisi warga selama Ramadan, apalagi jelang Idulfitri ketika permintaan ketupat meninggi.
Sebuah tradisi yang menguntungkan dan menggerakkan ekonomi warga di desa Ranca Wiru. Berkah bagi warga.
Baca Juga: Menilik Tradisi Ruwahan dan Perang Ketupat Jelang Ramadan di Bangka Belitung
Berkah Ramadan di Kampung Ketupat, Kentungan Bisa Puluhan Juta
Yeti Hartati, salah satu warga, mengisahkan dalam sehari ia bisa membuat sampai 500 buah ketupat ukuran kecil atau 350 ketupat dengan ukuran besar.
Jika dikalikan dengan warga, maka jumlah produksi rumahan ini bisa mencapai ribuan per harinya.
“Kalau lagi ramai, ada yang bawa 10 ribu ketupat, dapatnya Rp10 juta. Kalau sepi, ya bisa Rp7 juta,” paparnya.
Lantas, dari mana bahan-bahannya agar bisa mendapatkan ketupat dengan produksi yang begitu besar?
Yeti Hartati lantas menjelaskan, di kampungnya, bahan kelapa sebagai bahan dari ketupat relatif mudah didapatkan. Hal ini tentu saja sulit jika dibandingkan dengan daerah lain.
“Di sin ‘kan bahannya banyak. Di Jakarta 'kan jarang. Orang sini Pandeglang atau Rangkasbitung banyak. Bahannya gampang dicari, kalau di Jakarta susah karena banyak perumahan,” paparnya.
Itulah kisah kampung ketupat yang senantiasa menunggu Ramadan. Sebab, ketika Ramadan tiba maka kampungnya akan mendapatkan berkah ganda: berkah karena Ramadan, sekaligus cuan untuk menggerakkan ekonomi mereka.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV