Bahlil Akui Investasi Naik tapi Serapan Tenaga Kerja Rendah, kok Bisa?
Ekonomi dan bisnis | 29 April 2023, 15:52 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengakui rasio realisasi investasi terhadap serapan tenaga kerja dari investasi memang tidak seimbang.
Hal itu disebabkan investasi kini didominasi teknologi tinggi. Apalagi, saat ini pemerintah sedang fokus pada investasi hilirisasi sumber daya alam, di mana penggunaan mesin dan otomatisasi begitu tinggi.
“Saya harus akui, nilai investasi dengan penciptaan tenaga kerja itu tidak berbanding lurus, karena investasi kita ini bukan lagi padat karya,” kata Bahlil dalam konferensi pers virtual, Jumat (28/4/2023).
“Kita mau bangun hilirisasi bauksit, nikel, tembaga, mana ada pakai manusia-manusia? Palingan bangun konstruksinya saja. Setelah itu dioperasikan semua oleh mesin,” tambahnya.
Baca Juga: Luhut Minta Semua Pihak Waspada Dampak El Nino: Kekeringan, Produksi Pangan Turun, Hingga Inflasi
Namun, bukan berarti pemerintah akan tinggal diam. Menurut Bahlil, pemerintah tengah melakukan upaya blending atau mengombinasikan bagian-bagian pekerjaan yang memang masih memerlukan tenaga kerja agar tetap dipertahankan.
“Jadi kita blending. Ini pun sudah maksimal, lho. Kalau ada pekerjaan yang bisa menggunakan tenaga orang, maka kita gunakan tenaga orang. Jangan semua full pakai teknologi,” ujar Bahlil.
Pemerintah juga tetap mendukung pengembangan sektor UMKM yang dinilai mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Pasalnya, untuk investasi skala besar, saat ini yang banyak masuk ke Indonesia bukan investasi padat karya.
Baca Juga: Taipan Sukanto Tanoto Beli Mal Tanglin di Singapura Senilai Rp9,5 T
“Memang idealnya kalau investasinya padat karya itu, antara nominal angka harus berbanding lurus dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Itu idealnya," ucap Bahlil.
"Tetapi sekarang investasi yang masuk ke kita tidak padat karya. Investasi yang masuk ke kita high technology, memang tidak semua, tapi sebagian besar,” sambungnya.
Berdasarkan data Kementerian Investasi, realisasi investasi di triwulan I 2023 sebesar Rp328,9 triliun berhasil menyerap 384.892 orang tenaga kerja Indonesia.
Sejak 2019, serapan tenaga kerja langsung dari realisasi investasi memang tidak pernah mencapai target 2,7 hingga tiga juta orang per tahun sebagaimana UU Cipta Kerja.
Pada 2019, total tenaga kerja yang terserap dari realisasi investasi sebanyak 1,03 juta orang; pada 2020 sebanyak 1,16 juta orang; pada 2021 sebanyak 1,2 juta orang dan pada 2022 sebanyak 1,3 juta orang.
Baca Juga: Airlangga Hartarto akan Kunjungi SBY di Cikeas Malam Ini
Meski tumbuh tipis, angka serapan tenaga kerja tersebut juga sejalan dengan kenaikan realisasi investasi pada 2019 sebesar Rp809,6 triliun, pada 2020 sebesar Rp826,3 triliun, 2021 sebesar Rp901,02 triliun dan 2022 sebesar Rp1.207 triliun.
Sedangkan dari sebaran wilayahnya, lanjut Bahlil, realisasi investasi di Pulau Jawa dan luar Jawa semakin berimbang dalam 11 triwulan terakhir.
“Dulu itu investasi dari Indonesia sejak merdeka sampai kuartal III 2020, di Jawa lebih banyak daripada luar Jawa. Alhamdulillah, sejak 2020, sampai dengan sekarang itu di luar Jawa sudah meningkat terus. Artinya tidak lagi ada kecemburuan investasi antara Jawa dan luar Jawa," terang mantan Ketum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu.
Baca Juga: Jokowi dan Iriana Silaturahmi ke Rumah Megawati, Jan Ethes Ikut Dibahas
BKPM mencatat, dari total realisasi investasi pada triwulan I 2023 sebesar Rp328,9 triliun, sebaran realisasi investasi di luar Pulau Jawa pada triwulan I 2023 masih terus mendominasi dengan kontribusi sebesar Rp172,9 triliun atau 52,6 persen dari total capaian realisasi investasi.
Jumlah itu naik 16,3 persen dari periode yang sama di tahun 2022.
Sedangkan realisasi investasi di Jawa pada periode tersebut, tercatat Rp156,0 triliun atau mencapai 47,4 persen dari total capaian realisasi investasi. Angka tersebut juga tercatat tumbuh 16,7 persen secara tahunan.
Penulis : Dina Karina Editor : Vyara-Lestari
Sumber :