> >

Spotify PHK 1.500 Karyawan karena Terus Merugi dan Berat Bayar Cicilan Utang

Ekonomi dan bisnis | 6 Desember 2023, 10:42 WIB
Perusahaan layanan streaming musik Spotify akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 17 persen karyawannya. (Sumber: AP)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Perusahaan layanan streaming musik Spotify akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 17 persen karyawannya. Perusahaan memang tidak mengumumkan secara resmi berapa jumlah karyawan yang di-PHK. Namun, menghitung dari total karyawan sebanyak 9.241 orang, maka jumlah pegawai yang akan dipecat Spotify adalah sekitar 1.500 orang. 

Mengutip laporan Bloomberg, pengumuman PHK itu disampaikan CEO Spotify Daniel Ek lewat memo internal kepada para pekerjanya awal pekan ini.

Dalam memo tersebut, Ek menjelaskan alasan perusahaan mengurangi karyawan. Yaitu untuk membuat perusahaan lebih ramping dan lebih efisien, agar bisa menghasilkan keuntungan. 

Baca Juga: Grab Singapura PHK 1.000 Karyawan, Dikasih Pesangon, Insentif, hingga Laptop

"Hari ini, kita masih memiliki terlalu banyak orang yang ditugaskan untuk mendukung pekerjaan dan bahkan melakukan pekerjaan di sekitar pekerjaan daripada berkontribusi pada peluang dengan dampak nyata. Saat kita tumbuh, kita telah terlalu jauh meninggalkan prinsip dasar ketangkasan ini," tulis Ek dalam memo tersebut. 

Ia mengungkap, pada 2020-2021, perusahaan mengambil pinjaman dari bank untuk mengembangkan bisnis mereka dan mendapat bunga yang murah. 

Dana hasil utang itu digunakan untuk berinvestasi pada sumber daya manusia (SDM), konten, dan pemasaran. 

Saat itu, pandemi membuat semua orang tinggal di rumah dan layanan streaming musik pun kebanjiran pelanggan. Spotify kemudian merekrut banyak karyawan, sehingga total jumlah pegawainya selama 2020-2023 naik dua kali lipat dari periode sebelum pandemi. 

Baca Juga: Garuda Indonesia Gandeng BSI Gelar Pameran Umrah, Catat Tanggal dan Lokasinya

Kondisi berbalik saat perbankan kreditur Spotify menaikkan suku bunga sehingga membuat cicilan utang pun melonjak. Di saat bersamaan, sedang terjadi perlambatan ekonomi global. 

Penulis : Dina Karina Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Bloomberg


TERBARU