> >

Universal Music Publishing Borong Seluruh Katalog Lagu Bob Dylan

Musik | 7 Desember 2020, 21:53 WIB
Bob Dylan tampil di the Forum, Los Angeles 15 Februari, 1974 (Sumber: AP Photo/Jeff Robbins, File)

NEW YORK, KOMPAS TV – Bagi banyak pecinta musik, buku lagu Bob Dylan tak ternilai harganya. Oh tetapi, kini Dylan memasang harga di buku tersebut. Dikutip dari Associated Press, pemenang hadiah Nobel Kesusasteraan dan penulis lagu sekaligus penyanyi itu menjual hak penerbitan katalog lagunya yang berisi lebih dari 600 lagu kepada Universal Music Publishing, seperti diumumkan pada Senin, (07/12/2020).

Koleksi katalog lagu yang dia jual diantaranya termasuk “Blowin’ in the Wind,” “Tangled Up in Blue,” dan “Like a Rolling Stone”, sampai opus 17 menit yang terbit tahun ini tentang pembunuhan presiden AS John F. Kennedy, “Murder Most Foul.”

Kerja Cipta Dylan mungkin hanya bisa ditandingi, baik dari sisi jangkauan maupun pengaruh, oleh the Beatles, yang lagu-lagunya dibeli kembali oleh Paul McCartney tahun 2017.

Baca Juga: Lirik Tulisan Tangan Karya Bob Dylan Dilelang

Harga pembelian tidak diumumkan, namun pakar industri musik memperkirakan harga penjualan katalog lagu Bob Dylan mencapai 300 juta hingga 500 juta dollar AS.

Penjualan ini memberi hak penuh Universal Music Publishing untuk menyewakan komposisi Dylan kepada pengiklan, film, televisi, maupun pembuat video game, atau siapapun yang menganggap kata-kata maupun melodi ciptaan Bob Dylan dapat menguatkan produk mereka.

Tim Bob Dylan memperingatkan siapapun yang berpikir bahwa ini adalah pertanda pensiunnya penyanyi legenda berusia 79 tahun itu. Karena tampaknya, Dylan memanfaatkan iklim usaha di bidangnya, yang saat ini bersahabat, untuk mencari rumah nyaman bagi karya cipta sepanjang hidupnya hingga saat ini.

Dari sisi budaya, katalog lagu Bob Dylan “secara harfiah tidak ternilai,” tutur Anthony DeCurtis, seorang penulis lagu kawakan dan editor di majalah Rolling Stone.

“Sudah berjalan 60 tahun dan masih kuat,” tutur DeCurtis. “Tidak ada alasan untuk meyakini bahwa arti penting karya Dylan akan luntur dalam waktu dekat,”

Baca Juga: 50 Tahun Album Album Abadi The Beatles

Dylan memuncaki daftar 100 Penulis Lagu Terbaik Sepanjang Masa Majalah Rolling Stone pada tahun 2015, dan lagu “Like a Rolling Stone” oleh majalah tersebut dianggap sebagai lagu terbaik yang pernah ditulis. Dylan juga meraih Hadiah Nobel Kesusasteraan tahun 2016, satu-satunya seorang penulis lagu yang mendapat penghargaan itu.

Hingga hadirnya Dylan dan the Beatles, saat itu tidak biasa bagi penulis lagu populer untuk membawakan lagu mereka sendiri. Pada sebuah ilustrasi yang menggambarkan pengaruh Dylan yang tak putus-putus, Emma Swift, seorang penyanyi asalh Nashville berusia 38 tahun mengeluarkan kompilasi lagu Bob Dylan yang dinyanyikan kembali berjudul “Blone on the Tracks.” Judul ini adalah penggabungan dari album klasik Dylan “Blonde on Blonde” dan "Blood on the Tracks”

Lagu Dylan sudah direkam 6.000 kali oleh seniman dari lusinan negara, lintas budaya dan lintas aliran musik. Yang bisa dicatat adalah lagu “Mr. Tambourine Man” yang dibawakan kembali oleh the Byrds, lagu “All Along the Watchtower” oleh Jimi Hendrix, lagu “Make You Feel My Love” yang dibawakan Adele, maupun “Knockin on’ Heaven’s Door” yang dibawakan kembali oleh Guns n’ Roses.

Bob Dylan konser di Madison Square Garden tahun 1975 (Sumber: AP Photo/Ray Stubblebine, File)

Lagu-lagu dipandang sebagai sumber yang dapat diandalkan bagi pendapatan jangka panjang dalam industri dimana streaming telah mengambil kendali dan bisnis konser musik ambruk terjerembab sementara akibat pandemi Covid-19, tutur Alan Light, penulis lagu kawakan dan pembawa acaranya sendiri di SiriusXM.

Melihat laju perubahan di industrinya, “lagu tampaknya adalah tempat bagimu untuk menempatkan pertaruhan,” tutur Light.

Perusahaan Pengelola Bakat dan Penerbit seperti Primary Wave dan Hipgnosis Song Fund yang terkait dengan Merck Mercuriadis’ muncul untuk berkompetisi dengan pemain gaek di industri seperti Universal dan Sony. Stevie Nicks baru-baru ini menjual 80% kepemilikan musiknya kepada Primary Wave senilai 100 juta dollar AS.

Terlepas dari penjualan, Dylan tidak kehilangan seluruh kendali atas hasil kerjanya itu, seperti yang dikuatirkan banyak musisi. Kesepakatan dengan Universal tidak termasuk hak atas materi rekaman Dylan sendiri, jadi bila Universal didekati seseorang untuk menggunakan rekaman Dylan yang misalnya berjudul “Lay Lady Lay”, itu harus mendapat persetujuan Dylan.

Bahkan dalam kasus dimana Universal memiliki kendali, perusahaan tersebut tidak akan ambil resiko dimana Dylan akan secara terbuka keberatan karyanya digunakan. Dia tidak pernah menjadi seorang yang murni bila sudah berbicara tentang potensi komersial, karena Dylan pernah rekaman untuk baju dalam Victoria’s Secret dan untuk mobil Cadillac.

Lagu-lagu Dylan bagaimanapun juga, akan jauh melampaui usianya.

Bob Dylan tampil di Los Angeles tahun 2012 (Sumber: AP Photo/Chris Pizzello, File)

Dylan tampil secara rutin walau dia sudah menua, hingga pada tahap dimana penggemarnya bergurau bahwa Dylan selalu dalam “Tur yang Tak Usai-Usai” sejak akhir tahun 80an. Hanya pandemi yang berhasil menghentikan Dylan. Namun Dylan terus bekerja, dan rekaman yang dihasilkannya tahun ini, “Rough and Rowdy Ways” diterima dengan baik oleh para kritikus.

Melihat tweet David Crosby di hari yang sama, musisi lain mungkin juga sedang mencari kesepakatan yang sama seperti Dylan. Crosby mengatakan dirinya juga sedang menjual katalog musik karyanya, sambil memberi catatan dirinya tidak bisa bekerja karena pandemi dan layanan streaming telah memotong penjualan rekaman sebagai sumber penghasilannya.  

“Aku memiliki keluarga dan angsuran kredit rumah dan aku harus mengurus mereka, jadi ini adalah opsi satu-satunya yang aku miliki,” tutur Crosby. “Aku yakin yang lain juga memiliki perasaan yang sama,”

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU