> >

Suporter PSS Sleman Tewas Dikeroyok, Pengamat: Tak Ada Pertandingan Bola yang Layak Ditebus Nyawa

Selebriti | 29 Agustus 2022, 07:50 WIB
Ilustrasi. Seorang suporter PSS Sleman meninggal dunia pada Minggu (28/8/2022) diduga akibat pengroyokan. (Sumber: Shutterstock)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Seorang remaja suporter PSS Sleman meninggal dunia, Minggu (28/8/2022) dini hari.

Suporter dengan nama Aditya Eka Putranda (18) itu ditemukan tewas usai menonton pertandingan PSS Sleman vs Persebaya Surabaya di Stadion Maguwoharjo, Sabtu (27/8/2022) malam.

Kabar meninggalnya Aditya Eka Putranda itu diunggah oleh akun twitter resmi @PSSleman.

"Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un. Keluarga besar PSS Sleman mengucapkan turut berduka atas berpulangnya saudara kita, Aditiya Eka Putranda. Semoga almarhum diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," tulis PSS Sleman.

Baca Juga: PSS Sleman Kecam Aksi Pengeroyokan yang Tewaskan Seorang Suporternya

 

Kapolres Sleman, AKBP Achmad Imam Rifai, mengatakan ada penganiayaan dibalik meninggalnya Aditiya.

Kendati demikian, Achmad belum membeberkan lebih lanjut pelaku maupun motif penganiayaan tersebut.

"Ada penganiayaan, sedang ditangani Unit Reskrim. Rencana besok dirilis," kata Achmad dilansir dari Tribun Jogja.

Tewasnya Aditiya menambah deretan panjang para suporter yang kehilangan nyawa akibat oknum suporter lain yang beringas.

Sebelumnya, seorang suporter PSS Sleman, Tri Fajar Firmansyah, meninggal dunia RS Hardjolukito pada Selasa (2/8/2022) siang WIB.

Baca Juga: Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pengeroyokan Suporter PSS Sleman, Korban Dikeroyok hingga Tewas

Kematian suporter PSS Sleman itu masih berkaitan dengan kericuhan yang terjadi pada laga Persis Solo vs Dewa United di Yogyakarta.

Berdasarkan laporan Tribun Jogja, Tri Fajar Firmansyah, yang berprofesi sebagai juru parkir, meninggal dunia usai dikeroyok oknum suporter.

Sosiolog Soal Suporter Bola Rusuh

Sosiolog, pengamat sekaligus fans sepakbola nasional, Mohammad Ghofur S.Sos, M.Sc mengatakan ada beragam alasan mengapa ada suporter bola yang fanatik dan rusuh.

Ghofur menyebut, level fanatisme suporter sepak bola di Indonesia memang cukup besar.

Hal itu, lanjutnya, memiliki basis yang beragam misalnya faktor kedaerahan, klub yang didukung, atau bisa juga preferensi kenyamanan individu untuk bergabung dalam sel-kultur tertentu, seperti gaya ultras atau gaya hooligan dan lain sebagainya.

“Suporter sepak bola, dalam kerumunan suporter cenderung memiliki tindakan komunal yang tidak terkontrol, dibanding mereka sebagai individu,” kata Ghofur, dilansir dari Kompas.com.

Baca Juga: Akibat Ulah Suporter, Persib Bandung Kena Denda Rp400 Juta

Menurutnya, jika ada oknum suporter bola rusuh, pasti sebelumnya ada gesekan-gesekan dengan suporter fanatik tim lain yang tidak terselesaikan secara struktural maupun kultural.

Oleh karenanya, kata Ghofur, fenomena ini harusnya sudah menjadi perhatian dan memicu antisipasi baik dari sisi infrastruktur maupun sistem pengamanan dan mekanisme keluar masuk kelompok suporter ke stadion yang lebih baik. 

“Yang jelas tidak ada satu pertandingan bola pun yang harganya layak ditebus dengan nyawa manusia,” tegasnya.

Penulis : Dian Nita Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Tribun Jogja, Kompas.com


TERBARU