Mengenal Trauma Bonding, Viral Usai Lesti Cabut Laporan KDRT Rizky Billar, Ini Ciri-cirinya
Lifestyle | 15 Oktober 2022, 21:44 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Istilah trauma bondng mencuat usai pedangdut Lesti Kejora mencabut laporan kasus KDRT Rizky Billar.
Tidak sedikit publik kecewa dengan keputusan Lesti Kejora mencabut laporannya usai Rizky Billar ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.
Kekecewaan tersebut timbul karena banyaknya bukti yang mengarah bahwa Rizky Billar melakukan kekerasan terhadap Lesti, termasuk video Billar melempar bola biliar ke Lesti.
Di tengah kekecewaan netizen, istilah trauma bonding muncul. Trauma bonding disebut sebagai kondisi yang tengah dialami Lesti Kejora. Benarkan demikian?
Baca Juga: Rizky Billar Sebut Rumah Tangganya Baik-Baik Saja: "Lesti Masih Jadi Istri Saya"
Apa itu trauma bonding?
Melansir Very Well Mind, trauma bonding atau ikatan trauma adalah kondisi atau perasaan terikat antara korban dengan pelaku. Trauma bonding tercipta karena adanya siklus kekerasan dan penguatan positif yang berulang-ulang.
Setelah pelaku melakukan kekerasan atau pelecehan, pelaku akan meminta maaf dan menyatakan penyesalannya. Dia akan melakukan kekerasan kembali setelah korban merasa aman dan membutuhkannya.
Kombinasi kekerasan/pelecehan dan penguatan positif yang berulang inilah yang menciptakan trauma bonding. Korban akan merasa bahwa pelaku tidak sepenuhnya buruk.
Trauma bonding disebut menjadi salah satu alasan mengapa korban sulit meninggalkan situasi yang penuh kekerasan karena merasa bingung.
Trauma bonding kerap terjadi dalam beberapa situasi, seperti kekerasan dalam rumah tangga, inses, penculikan, pelecehan seksual, sekte, pelecehan orang tua, dan perdagangan manusia.
Baca Juga: Ini Isi Perjanjian Lesti Kejora dan Rizky Billar, Bakal Lapor Polisi Lagi jika Dilanggar
Lantas, bagaimana mengenali trauma bonding?
Mengutip Healthline, berikut beberapa ciri-ciri dari trauma bonding:
- Anda merasa tidak bahagia dan bahkan tidak menyukai pasangan Anda, tetapi tidak dapat mengakhiri hubungan.
- Ketika Anda mencoba untuk mengakhiri hubungan, tetapi Anda merasa tertekan secara fisik dan emosional.
- Ketika Anda mengatakan ingin pergi, pelaku berjanji untuk berubah tetapi tidak berusaha untuk benar-benar melakukannya.
- Anda terpaku pada hari-hari “baik”, menyinggung beberapa hal sebagai bukti bahwa pelaku peduli dengan Anda.
- Anda membuat alasan dan membela tindakan pelaku ketika orang lain mengungkapkan keprihatinan.
- Anda terus percaya dan berharap pelaku akan berubah.
- Anda melindungi dan merahasiakan perilaku kasar pelaku.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Very Well Mind/Healthline