> >

Bentara Budaya Gelar Pameran Tunggal Ratu Adil oleh Budi Ubrux dan Peluncuran Buku Sindhunata

Seni budaya | 15 Januari 2024, 14:40 WIB
Salah satu sesi acara dari Pameran Tunggal Ratu Adil oleh Budi Ubrux dan Peluncuran Buku Sindhunata (Sumber: Bentara Budaya)

Sindhunata merasa bahwa hanya dengan tulisan saja tidak cukup untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang disertasinya. Oleh karena itu, ia berkolaborasi dengan Budi Ubrux untuk membantu menghidupkan isi tulisan-tulisannya.

Ditemani oleh Agus Noor, seorang cerpenis, sastrawan, dan penulis naskah teater yang juga mulai terlibat di dunia seni rupa, Budi Ubrux menginterpretasikan setiap halaman dari disertasi Sindhunata menjadi karya seni berupa gambar.

Baca Juga: Kompasianival 2023 Digelar di Bentara Budaya Jakarta Sabtu Ini, Mengangkat Tema Sustaination

Karya-karya gambar Budi Ubrux ini menjadi bagian integral dari buku berjudul "Ratu Adil: Ramalan Jayabaya dan Sejarah Perlawanan Wong Cilik". Keunikan terletak pada fakta bahwa dalam buku ilmiah ini, kita dapat menikmati tidak hanya teks ilmiah, tetapi juga karya seni rupa yang memperkaya pengalaman pembaca.

Dalam momen ketika Ubrux mengalami kebuntuan ide, Agus Noor sering berkolaborasi dengannya untuk berbagi gagasan. Agus Noor merinci pikiran-pikiran yang tertuang dalam buku Sindhunata, dan Ubrux memberikan tafsir visual terhadap penjelasan tersebut.

Galeri Ohana juga turut memberikan masukan dan komentar terhadap karya Ubrux. Secara singkat, Ubrux menunjukkan disiplin diri dalam pekerjaannya.

Ubrux mampu meresapi konsep-konsep seputar Ratu Adil yang ada dalam buku Sindhunata dan menggambarkannya secara visual. Hasilnya terlihat dalam ilustrasi yang dapat dinikmati dalam buku dan pameran ini.

“Bagaimana pada setiap zaman selalu ada harapan akan ‘Ratu Adil’, bagaimana peristiwa-peristiwa menandai pergolakan sejarah, itulah yang kemudian menjadi sekuel karya-karya Budi Ubrux dalam pameran ini”, demikian yang ditulis oleh Agus Noor, yang juga bertindak sebagai kurator pameran, dalam tulisan kuratorialnya yang berjudul "Ayam Jago-Presiden Nganu".

Baca Juga: Cuma sampai Besok, Pameran 29 Seniman Yogyakarta Memperingati Kematian TV Analog di Bentara Budaya

Sejarah mengungkapkan bahwa meskipun rakyat kecil menghadapi banyak keterbatasan, mereka tetap tidak menyerah. Mereka terus berjuang melawan sistem yang tidak adil.

Meski sebagian besar perlawanan dari rakyat kecil berakhir dengan kekalahan, namun kekalahan tersebut tidak mampu meruntuhkan harapan yang telah ditanamkan dalam perlawanan mereka. Harapan untuk hidup bebas dari segala bentuk penindasan tetap menjadi nilai yang harus dipertahankan.

Ilham Khoiri, selaku General Manager Bentara Budaya, mengungkapkan dalam katalog pameran bahwa saat ini kita mungkin merasa tidak bahagia karena belum menemukan pahlawan. Meski begitu, ia menegaskan agar tidak terlalu terpuruk, karena kita masih dapat menemukan pahlawan dalam sejarah perjalanan bangsa.

Penulis : Almarani Anantar Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU