> >

Pentolan Pemburu Gading Gajah dan Cula Badak Afrika di Ekstradisi ke Amerika Serikat

Kompas dunia | 26 Januari 2021, 04:16 WIB
Surur dituding menyelundupkan 10 ton gading gajah dan 190 kilogram cula badak senilai 7 juta dollar AS, atau setara dengan 101 miliar Rupiah (Sumber: AFP)

NEW YORK, KOMPAS.TV - Seorang warga Kenya diekstradisi ke Amerika Serikat dan tiba hari Senin (25/01/2021) untuk menghadapi dakwaan penyelundupan cula badak dan gading gajah afrika, berikut tuduhan pembantaian atas satwa liar yang terancam kepunahan, demikian dilansir AFP, Selasa (26/01/2021). 

Jaksa penuntut federal di New York, Amerika Serikat mendakwa Mansur Muhamamad Surur, 60 tahun, terlibat pembantaian 35 badak dan lebih dari 100 gajah afrika. 

Surur adalah satu dari empat orang yang dituding menyelundupkan 10 ton (10,000 kilogram) gading gajah dan 190 kilogram cula badak senilai 7 juta dollar AS, atau setara dengan 101 miliar Rupiah.

Aparat di Kenya Afrika memperlihatkan hasil sitaan perburuan dan penyelundupan gading gajah dan cula badak (Sumber: AFP)

Empat orang tersebut dituding berkomplot untuk menyelundupak gading gajah dan cula badak dari berbagai negara Afrika untuk dijual ke pembeli di Amerika Serikat dan Asia Tenggara antara Desember tahun 2012 hingga Mei 2019.

Komplotan ini menyembunyikan selundupan mereka diantara berbagai patung dan topen afrika yang dikirimkan ke AS. 

Yang lebih parah, Surur juga mendapaat tuduhan pencucian uang serta distribusi heroin, dimana tuduhan tersebut bisa membuat Surur mendapat hukuman penjara seumur hidup.

Baca Juga: Jasad Badak Berbulu yang Terawetkan dari Zaman Es Ditemukan, Usus dan Alat Kelaminnya Masih Terlihat

Dua orang anggota komplotan Surur, seorang warga Liberia dan seorang warga Guinea ditangkap tahun 2019 sementara satu orang lagi berhasil kabur. 

International Union for Conservation of Nature IUCN mengatakan, perburuan membuat populasi gajah afrika anjlok selama satu dekade terakhir. IUCN adalah lembaga yang mencatat dan mengkoordinasi penyelamatan satwa-satwa terancam punah di seluruh dunia yang juga bergerak di Indonesia.

Pembantaian gajah dan badak dipicu tingginya permintaan cula badak di Asia, dimana harga cula badak dihargai sangat tinggi untuk jumlah yang sangat kecil karena dianggap punya khasiat pengobatan.

Padahal, komposisi cula badak hanyalah Keratin, sama persis dengan komposisi kuku manusia dan binatang lain, serta tidak punya manfaat medis apapun bagi tubuh. 

Baca Juga: Cegah Kepunahan, Kenya Sukses Upayakan Dua Embrio Badak Putih Utara Yang Hampir Punah

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang bercula dua saat ini secara saintifik diperkirakan hanya tersisa kurang dari 80 ekor di seluruh dunia, dan hanya ada di Sumatera, Indonesia (Sumber: Cyril Ruoso/YABI)

Di Indonesia, IUCN juga bekerja membantu pemerintah Indonesia dalam operasi penyelamatan Badak Sumatera yang saat ini menurun drastis populasinya. 

Badak Sumatera secara ilmiah diidentifikasi hanya hidup di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambas Lampung, serta diduga memiliki sedikit populasi di Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh.

Secara keseluruhan, jumlah Badak Sumatera (Dicerhorinus sumatrensis) di Indonesia kurang dari 80 ekor dan hidup terserak dalam enklave-enklave terpisah.

Hal tersebut menurut para ilmuwan, hanyalah menunggu kematian bila tidak segera diselamatkan dan dikumpulkan di habitat asli mereka. 

Selain karena perburuan di masa lalu, penurunan drastis populasi Badak Sumatera di Indonesia disinyalir karena mengecilnya secara drastis habitat alami mereka akibat perambahan dan penjarahan hutan. 

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU