> >

Taktik Demonstran Myanmar Gunakan Sarung Perempuan Lawan Aparat

Kompas dunia | 16 Maret 2021, 19:50 WIB
Sarung-sarung perempuan Myanmar atau htamein yang berguna untuk menahan aparat agar tidak mendekati para demonstran. (Sumber: Twitter/@PhyuPhyuThant1)

Tatmadaw, sebutan tentara Myanmar yang mayoritas laki-laki percaya kekuatan dan kegagahan  mereka akan berkurang jika mereka menyentuh atau lewat di bawah sarung perempuan itu.

Baca Juga: Leaderless Protests: Gerakan Protes Tanpa Pemimpin yang Terjadi di Myanmar

Bukannya melewati tali jemuran, tentara Myanmar biasanya mau merepotkan diri untuk melepas htamein terlebih dahulu.

Ini memberi waktu bagi para pengunjuk rasa untuk menemukan tempat perlindungan di rumah-rumah terdekat.

“Setidaknya kita bisa menunda mereka. Menurut pengalaman saya, mereka tidak berani mendekati kami tanpa menurunkan htamein,” ujar Zaw Naing Myo.

Para pengunjuk rasa di berbagai wilayah Myanmar juga menggunakan taktik ini.

Dengan sikap menyindir khas orang Myanmar, mereka juga kerap mengolok para tentara yang menurunkan sarung-sarung itu sebagai “pencuri htamein”.

Taktik ini mulai menyebar luas sejak 8 Maret 2021.

Para aktivis menamai hal ini sebagai “revolusi htamein” sekaligus merayakan Hari Perempuan Internasional.

“Kami tidak memiliki senjata untuk menyakiti mereka [polisi dan tentara], tetapi apa pun yang mengkhawatirkan atau menunda mereka adalah senjata kami,” kata Daw Moe Sandar Myint, Presiden Federasi Pekerja Umum Myanmar (FGWM).

Taktik ini terbukti menjengkelkan aparat. Polisi biasanya membakar sarung-sarung yang telah mereka turunkan. Aparat juga menangkap 8 demonstran karena menggantung htamein.

Sementara, media milik pemerintah mengumumkan ancaman hukuman bagi pengunjuk rasa yang menggantung “pakaian perempuan”. Pemerintah di bawah militer Myanmar juga menyebut, tindakan ini “menghina budaya Myanmar”.

Baca Juga: 138 Demonstran Tewas, Eks Parlemen Prodemokrasi Myanmar Khawatir Pecahnya Perang Saudara

“Sejauh ini, kami dapat melihat mereka (tentara Myanmar) tidak mau berjalan di bawah htamein. Sungguh lucu melihat mereka menurunkannya. Saya pikir mereka percaya bahwa htamein dapat menurunkan derajat mereka, ”kata Ko Kyaw Swa Moe Thu, seorang warga yang ikut menentang kudeta militer.

Beberapa laki-laki Myanmar juga menunjukkan dukungan terhadap gerakan tersebut dengan mengunggah foto mereka di media sosial dengan htamein yang melilit kepala mereka.

“Kemuliaan tidak terletak di balik pakaian, tapi pada manusia,” kata Kyaw Swa Moe Thu.

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU