> >

WHO Murka, Negara Kaya Harusnya Sumbang Vaksin Covid-19 ke Negara Miskin, Bukan Suntik Dosis Ketiga

Kompas dunia | 13 Juli 2021, 03:05 WIB
Dalam arsip foto Minggu, 11 Juli 2021 ini, seorang dokter mengisi jarum suntik dengan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson di pusat vaksinasi di Kabul, Afghanistan. (Sumber: AP Photo/Rahmat Gul, file)

Pekan lalu, perusahaan pembuat vaksin, yaitu Pfizer, mengatakan dosis ketiga dapat secara dramatis meningkatkan kekebalan dan mungkin membantu menangkal varian yang mengkhawatirkan.

Inggris juga sedang mempertimbangkan kemungkinan rencana vaksinasi booster di musim gugur, yang kemungkinan akan menargetkan mereka yang berusia di atas 50 tahun dan yang paling rentan.

Tetapi para ahli top WHO membantah perlunya booster pada orang yang sudah mendapat vaksinasi Covid-19 secara lengkap.

Baca Juga: WHO Sebut Dunia dalam Titik Berbahaya Akibat Covid-19

Direktur Program Kedaruratan WHO Dr. Michael Ryan (kiri) dan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa, Senin (1/3/2021). (Sumber: Associated Press)

“Pada titik ini… tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa suntikan booster benar-benar dibutuhkan,” kata Dr. Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan WHO.

Swaminathan mengatakan WHO akan membuat rekomendasi tentang dosis booster jika diperlukan, tetapi saran seperti itu harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan data, bukan pada masing-masing perusahaan yang menyatakan vaksin sekarang harus diberikan sebagai dosis booster.

Dr Michael Ryan, kepala kedaruratan WHO, menekankan jika negara-negara kaya memutuskan untuk memberikan suntikan booster daripada menyumbangkannya ke negara berkembang, “Kita akan melihat ke belakang dalam kemarahan dan saya pikir kita akan melihat ke belakang dengan rasa malu.”

Dia mengatakan kegagalan untuk meningkatkan kapasitas produksi vaksin, ditambah dengan penolakan negara-negara kaya untuk berbagi suntikan dengan negara-negara miskin, sangat mengecewakan.

"Ini adalah orang-orang yang ingin memiliki kue dan memakannya. Kemudian mereka membuat kue lagi dan mereka ingin memakannya juga."

Beberapa ahli menyebut gagasan suntikan booster “menjijikkan secara moral,” mengingat penyebaran eksplosif Covid-19 yang sekarang terlihat di beberapa negara Afrika.

Tom Hart, penjabat CEO kampanye ONE, sebuah kelompok advokasi, mencatat hanya 1% orang di negara-negara miskin yang telah menerima bahkan satu dosis vaksin Covid-19.

"Gagasan bahwa orang yang sehat dan divaksinasi bisa mendapatkan suntikan booster sebelum perawat atau nenek di Afrika Selatan bisa mendapatkan satu suntikan adalah keterlaluan," katanya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU