> >

Begitu Cepat, Jenderal AS Tak Menduga Afghanistan Jatuh ke Tangan Taliban Hanya dalam 11 Hari

Kompas dunia | 19 Agustus 2021, 06:37 WIB
Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS), Jenderal Mark Milley. (Sumber: Xinhua/Ting Shen)

WASHINGTON DC, KOMPAS.TV - Runtuhnya kekuasaan tentara dan pemerintah Afghanistan ke tangan Taliban tak pernah disangka akan terjadi secepat ini.

Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS), Jenderal Mark Milley mengaku kaget melihat manuver Taliban dalam menduduki Kabul dan membuat Presiden Ashraf Ghani mundur.

Milley mengatakan, tiada yang menduga tentara yang dilatih oleh AS dan pemerintah Afghanistan bisa runtuh hanya dalam tempo 11 hari.

"Pasukan keamanan Afghanistan memiliki kapasitas, maksud saya mereka telah menjalani pelatihan dan punya kemampuan untuk membela negara," kata Milley, dikutip dari AFP, Rabu (18/8/2021).

Baca Juga: Taliban Temui Mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Kabul

Sehingga, menurut Milley, kondisi yang saat ini terjadi di Afghanistan kembali lagi tergantung pada masalah kemauan dan kepemimpinan.

Ketika pemerintah Afghanistan dan tentaranya mendera kekalahan demi kekalahan saat melawan Taliban, kritik keras banyak ditujukan kepada Presiden AS Joe Biden.

Karena sejak Biden membuat keputusan untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan, TAliban menjadi lebih leluasa menduduki satu demi satu wilayah negara tersebut.

Puncaknya, kelompok milisi tersebut pun berhasil menduduki Kabul hanya dalam hitungan hari setelah mereka menduduki ibu kota provinsi pertama di Afghanistan.

Baca Juga: Ini Keruwetan Proses Evakuasi di Bandara Internasional Kabul, Afghanistan

Kesigapan Taliban dalam menduduki kota-kota besar di Afghanistan lantas menunjukan kelengahan pemerintah AS.

Dengan segera, Washington meluncurkan operasi evakuasi bagi warganya dan beberapa warga Afghanistan yang diberi visa khusus untuk memulai pekerjaan di pasukan AS.

Sejak Sabtu (14/8/2021), sekitar 5.000 tentara AS telah diterbangkan ke Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul untuk mengatur evakuasi ribuan orang.

Kendati demikian, Kementerian Luar Negeri, intelijen, dan Kementerian Pertahanan AS tetap menjadi sasaran kritik karena dipandang tidak mengantisipasi dan mempersiapkan evakuasi lebih awal.

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : AFP


TERBARU