> >

Penjarahan Bikin Situasi di Haiti Kacau dan Rusuh, Dipicu Tidak Adanya Bantuan bagi Korban Gempa

Kompas dunia | 22 Agustus 2021, 00:12 WIB
Korban gempa Haiti mencegat dan menjarah konvoi bantuan kemanusiaan untuk mereka, menyusul kekecewaan atas lambannya tanggap darurat gempa dahsyat baru-baru ini (Sumber: Reginald Louissant/France24 via AFP)

Bahkan sebelum gempa kuat minggu lalu, Haiti, salah satu negara termiskin di dunia, didera pula dengan meningkatnya kasus Covid-19 .

Termasuk juga krisis politik yang memuncak bulan lalu dengan pembunuhan presiden Jovenel Moise.

Baca Juga: Korban Tewas Gempa Haiti Bertambah Jadi 1.419, Ribuan Korban Luka Menanti Bantuan

Korban gempa Haiti mencegat dan menjarah konvoi bantuan kemanusiaan untuk mereka, menyusul kekecewaan atas lambannya tanggap darurat gempa dahsyat baru-baru ini (Sumber: Reginald Louissant/France24 via AFP)

Bangsa ini juga masih belum pulih dari gempa bumi 2010 yang mengguncang ibu kota dan menewaskan lebih dari 200.000 orang.

Lebih dari 1,5 juta warga Haiti kehilangan tempat tinggal akibat bencana itu, dan sejumlah orang yang selamat menghabiskan bertahun-tahun tinggal di tenda-tenda menghadapi epidemi kolera yang mematikan, meskipun ada miliaran dolar dalam sumbangan asing dan bantuan yang dijanjikan.

Dalam gempa dari tragedi sebelumnya, para pejabat mencoba untuk sekali lagi meningkatkan optimisme dengan janji-janji untuk "membangun kembali dengan lebih baik".

Baca Juga: Misteri Pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise Kian Rumit, Diduga Ada Sutradara Lain

"Kami telah melihat momen persatuan yang luar biasa dalam menanggapi gempa bumi, jadi kami percaya ini dapat diubah menjadi peluang untuk membangun kembali ke arah yang lebih baik," sambung wakil Sekjen PBB Amina Mohammed hari Jumat setelah kunjungan selama 24 jam.

Namun, janji-janji mulia itu tidak punya arti apa-apa bagi para korban krisis terbaru yang melanda Haiti.

Meskipun pekerja kemanusiaan telah memperingatkan agar tidak mengulangi kesalahan yang menghambat tanggap darurat tahun 2010, kota tenda sudah mulai muncul di lahan kosong di pusat kota.

Sementara itu, Perdana Menteri Haiti Ariel Henry berjanji untuk menyelenggarakan pemilihan umum sesegera mungkin.

Orang-orang Haiti tidak sabar ingin mulai menerima bantuan.

"Kami menjalani kehidupan yang menyedihkan," kata Wilford Roosvelte, seorang penyintas gempa, dari stadion sepak bola yang penuh dengan tenda.

"Tanah kebanjiran karena hujan. Di sinilah orang-orang tidur. Tidak ada seorang pun dari pihak berwenang yang datang untuk membantu kami."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV/France24


TERBARU