> >

ISIS-K Afghanistan Digempur Drone, Tentara Veteran Amerika Beberkan Kemungkinan AS Pelihara Perang

Kompas dunia | 30 Agustus 2021, 20:27 WIB
Tentara Amerika Serikat saat perang. (Sumber: Dok. Angkatan Darat AS via Tribunnews.com/Ryan Lucas)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Seorang tentara veteran Amerika membeberkan dugaan soal negaranya memelihara perang. Dugaan ini diperkuat oleh serangan drone Amerika Serikat yang terus menggempur ISIS-K yang disebut dalang pengeboman di Bandara Kabul.

Seperti diketahui, Amerika Serikat sebelumnya berjanji menarik seluruh pasukannya dan menghentikan perang di Afghanistan pada 31 Agustus 2021.

Jelang tenggat penarikan pasukan itu, tentara veteran Amerika bernama Danny Sjursen membagikan pandangannya soal perang Afghanistan dan industri militer negara adidaya itu.

“Kami tidak menghentikan perang, kami melunakkannya dan membuat perang makin tidak terlihat,” ujar Sjursen yang juga menjadi peneliti kebijakan perang Amerika Serikat di Center for International Policy.

Baca Juga: Jusuf Kalla: Amerika Bisa Menang Perang Dunia, tapi Tak Bisa Lawan Gerilya Taliban

Danny Sjursen bukan cuma veteran biasa. Ia pernah berperang di Afghanistan dan Irak sejak 2006.

Bertahun-tahun menjadi tentara Amerika Serikat dan bertugas di Timur Tengah, Sjursen malah aktif mengampanyekan pandangan antiperang.

Sjursen bercerita bahwa dirinya mulai mengkritisi kebijakan perang Amerika Serikat sejak mulai terjun bertempur di Irak.

“Saya tiba di Irak pada 2006, di tengah perang sipil yang kita (Amerika) buat sendiri lewat invasi ilegal dan bodoh yang kita kampanyekan dengan kepura-puraan. Saya masuk dalam pusaran air,” tuturnya, dikutip dari kanal YouTube NowThis News.

Ia merasakan seluruh pihak menyerang tentara Amerika dan mendapati banyak warga sipil yang menjadi korban penyiksaan dan pemenggalan di tengah perang saudara itu.

“Butuh waktu sekitar sebulan sebelum benar-benar mulai mengatakan pada keluargaku, istriku dan orangtuaku di Amerika bahwa saya menentang perang,” kata Sjursen.

Pada 2011, ia mendapat perintah untuk terjun ke Kandahar, kota di Afghanistan yang telah lama menjadi markas pertahanan Taliban.

Namun, Sjursen menilai Amerika Serikat juga gagal dalam Perang Afghanistan itu. Ia menyebut, Amerika mestinya belajar untuk tidak menginvasi dan menduduki negara lain.

“Catatan sejarah menunjukkan bahwa sangat sulit untuk menginvasi, menduduki dan 'membuat pasif' suatu wilayah. Saya pikir, itu meremehkan dan merebut otonomi orang-orang Afghanistan,” ujar Sjursen.

Baca Juga: Direktur CIA Diam-Diam Temui Pemimpin Taliban di Kabul

Karena AS dianggap menjajah Afghanistan, warga sipil di sana tidak mendukung operasi militer tentara Amerika.

Akibatnya, Sjursen bersaksi tentara Amerika tidak dapat menang dan tak bisa berbuat apa-apa untuk membasmi Taliban.

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : NowThis News


TERBARU